BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia
terdapat kata dasar dan kata bentukan. Kata dasar disusun menjadi kata bentukan
melalui tiga macam proses pembentukan, yaitu: afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Dalam proses pembentukan afiksasi telah dikenal adanya imbuhan atau afiks yang
meliputi prefiks (awalan), sufiks (akhiran), dan infiks (sisipan).
Untuk memperkaya bentuk gramatikalnya,
bahasa Indonesia menyerap sejumlah imbuhan dari bahasa asing. Bahasa Indonesia merupakan bahasa asing yang dinamis, yang
selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat pemakai dan penuturnya. Salah satu akibat dari sifat dinamis
tersebut adalah masuknya berbagai unsur kebahasaan dari bahasa asing, baik yang
berupa afiks (imbuhan, awalan, akhiran) maupun berupa kata. Inilah yang
kemudian dikenal dengan unsur serapan.
Makalah ini hanya
membahas sufiks serapan dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia. Kata serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui bidang pendidikan,
ilmu dan teknologi, agama, dan perdagangan. Sufiks serapan berasal dari bahasa
Arab, Sansekerta, Belanda, dan Inggris. Sejalan dengan perkembangan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan
imbuhan serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia. Seperti
sufiks -isme dalam bahasa Indonesia
tidak hanya dilekatkan dengan bahasa asing, kata-kata asli Indonesia pun ada
yang telah diberi sufiks asing. Setiap unsur serapan pasti memilik problematik, Baik yang berhubungan dengan bunyi,
bentukan kata, penulisan, maupun pemakaian kalimat. Seperti pada penulisan kata
gerejani dan gerejawi, manakah yang paling dianggap benar secara morfologis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sufiks
1. Menurut Abdul Chaer
Sufiks adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk
dasar, yaitu sufiks -kan, -i, -an,
dan -nya.
2. Menurut Harimurti Kridalaksana
Sufiks (suffix) adalah afiks yang ditambahkan pada
bagian belakang pangkal; misalnya: -an pada
ajaran; akhiran.
3. Menurut Keraf
Sufiks adalah morfem nondasar yang secara struktural
dilekatkan pada akhir sebuah kata dasar.
4. Menurut James R. Hurford
A suffix is an affix attached after
the stem of a word. A word may contain several suffixes, in which case they
follow each other at the end of the word.
-ed (Past Tense) :
talked, hummed, shouted
-s (Plural) :
cats, dogs, horses
-er (Comparative) : happier, stiffer,
softer
-al (Noun-Forming) : dismissal, arrival,
recital
-al (Adjective-Forming): practical, feudal, musical
-ing : coming,
going
-ness :
happiness, fruitfulness
-less :
careless, harmless
-ize : organize,
sodomize, propagandize
Jadi, pengertian sufiks adalah afiks yang dibubuhkan diakhir
bentuk dasar, atau yang sering disebut dengan akhiran. Serapan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
hasil menyerap atau yang diserap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sufiks
serapan ialah akhiran dari
bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia.
B. Jenis atau Variasi Bentuk
Untuk memperkaya bentuk gramatikalnya, bahasa Indonesia menyerap
sejumlah imbuhan asing dari bahasa Arab, Sansekerta, dan bahasa Barat (Belanda
dan Inggris). Imbuhan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Dari bahasa Arab
Sufiks dari bahasa Arab terdiri dari -i, -iah, dan -wi, yaitu sebagai pembentuk atau penanda kata sifat, dengan makna
ʻberhubungan dengan, mengenai, bersifatʼ. Contoh: alami, badani, rohaniah, manusiawi. Sufiks -wi merupakan afiks yang telah usang,
yang distribusinya terbatas pada beberapa kata dan memungkinkan tidak lagi
membentuk kata-kata baru (improduktif).
2. Dari bahasa Sansekerta
Sufiks dari bahasa Sansekerta terdiri
dari -man, -wan, dan -wati, yaitu sebagai pembentuk atau
penanda kata benda. Afiks -wan
merupakan afiks yang produktif. Di samping kata-kata
lama seperti bangsawan, hartawan, jutawan,
timbullah kata-kata baru, misalnya sejarawan,
negarawan, bahasawan, tatabahasawan. Afiks -man merupakan afiks yang improduktif, yang sudah usang dan
distribusinya terbatas pada beberapa kata yang memungkinkan tidak lagi
membentuk kata-kata baru. Seperti budiman
dan seniman.
3. Dari bahasa Barat
Sufiks dari bahasa barat terdiri dari bahasa
Belanda dan Inggris. Karena masuknya kata serapan dari bahasa Belanda
jauh mendahului bahasa Inggris, maka sufiks serapan dari bahasa Belanda lebih
banyak dibandingkan dengan yang bahasa Inggris. Tetapi bahasa Inggris lebih
dikenal oleh penutur bahasa Indonesia, sedangkan bahasa Belanda semakin tidak
dikenal, atau pengaruhnya semakin menyusut. Sufiks dari bahasa barat meliputi:
a.
Sufiks -ur dalam direktur, inspektur,
redaktur, kondektur.
b.
Sufiks -is dalam egois, sosialis, kapitalis,
nasionalis.
c.
Sufiks -isme dalam humanisme, feodalisme,
kapitalisme, sukuisme.
d.
Sufiks -isasi dalam organisasi, spesialisasi,
globalisasi, inventarisasi, aktualisasi, legalisasi, lokalisasi.
e.
Sufiks -us dalam kritikus, musikus, politikus,
komikus.
C. Pembentukan Kata
1. Dari Bahasa Arab
Adjektiva yang bersufiks -i, -iah dan -wi memiliki dasar nomina yang berasal dari bahasa Arab. Contoh :
Nomina Adjektiva Adjektiva
Alam alami alamiah
Abad abadi
Insan insani
Hewan hewani
Amal amaliah
Dunia duniawi
Manusia manusiawi
Gereja gerejawi
Raga ragawi
2.
Dari
Bahasa Sansekerta
Sufiks –man, -wan, dan –wati merupakan
sufiks dari bahasa Sansekerta yang membentuk kata benda baik dari bentuk dasar
kata benda atau kata sifat. Sufiks -man
membentuk kata nomina, misalnya:
Seniman seni
Budiman budi
Sufiks -wan ada yang melekat pada bentuk dasar golongan kata sifat dan
membentuk kata nomina, misalnya:
Sukarelawan sukarela
Cendekiawan cendekia
Tetapi sebagian besar melekat pada
bentuk dasar yang termasuk golongan kata nomina, misalnya:
Negarawan negara
Sejarawan sejarah
Gerilyawan gerilya
Usahawan usaha
Rohaniwan rokhani
Sufiks -wati melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nomina,
seperti:
Wartawati warta
Karyawati karya
3.
Dari
Bahasa Barat
Sufiks
-ur, -is, -isme, -isasi, dan -us ini diserap dari bahasa Belanda dan
Inggris.
a.
Sufiks
-ur termasuk golongan kata
nomina, contoh:
-eur (Belanda) -or (Inggris) menjadi -ur
directeur director direktur
inspecteur inspector inspektur
conducteur conductor kondektur
b.
Sufiks
-is
membentuk kata adjektiva, contohnya:
-isch
(Belanda) -ic, -ical (Inggris) menjadi -is
technisch technical teknis
practisch practical praktis
chronologisch chronological kronologis
optimistisch optimistic optimistis
c.
Sufiks
-isme
membentuk kata nomina, contoh:
-isme
(Belanda) -ism (Inggris) menjadi -isme
humanisme humanism humanisme
capitalisme capitalism kapitalisme
feudalisme feudalism feodalisme
modernisme modernism modernisme
d.
Sufiks
-isasi
membentuk kata nomina dari bentuk dasar kata benda dan kata sifat.
-isatie (Belanda) -ization (Inggris) menjadi -isasi
Specialisatie specialization spesialisasi
globalisatie globalization globalisasi
naturalisatie naturalization naturalisasi
socialisatie socialization sosialisasi
organisatie organization organisasi
Akhiran
-isme dan -isasi merupakan jenis imbuhan serapan. Mulanya pemakaian kedua
imbuhan ini sangat terbatas pada kata-kata tertentu, seperti liberalisme dan westernisasi. Pemakaiannya tidak hanya pada kata dasar dari bahasa Inggris
atau Belanda. Sufiks
asing tidak produktif lagi dalam pembentukan nomina bahasa Indonesia. Dalam
perkembangannya, sufiks -isme dan -isasi dalam bahasa Indonesia tidak
hanya dilekatkan dengan bahasa asing. Kata-kata Indonesia asli pun banyak yang
menggunakan imbuhan tersebut, seperti sukuisme,
daerahisme, bapakisme,
provinsialisme, Indonesisasi,
tendanisasi, neonisasi, dan lelenisasi.
e.
Sufiks
-us
membentuk kata nomina, contoh:
Politikus politik
Kritikus kritik
Musikus musik
D. Fungsi Pembentukan
1.
Dari
Bahasa Arab
Apabila diperhatikan afiks-afiks
bahasa Arab yang produktif, maka dapat diketahui bahwa afiks-afiks itu
berfungsi menjadi kata sifat.
Sufiks -i
-i N A ʻbersangkutan
denganʼ
Contoh:
a)
Bakat yang dimiliki olehnya adalah bakat alami.
b)
Di dunia ini tidak ada yang abadi.
c)
Dengan olahraga kesehatan badani
kita akan terjaga.
Catatan:
Sufiks ini mempunyai alomorf -i, -wi, dan -ni.
Sufiks -iah
-iah N A ʻbersangkutan denganʼ
Contoh:
a)
Kecantikan alamiah dimiliki
oleh gadis-gadis desa.
b)
Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan jasmaniah dan rohaniah.
c)
Banyak kata dalam bahasa Inggris yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia secara harafiah.
Sufiks -wi
-wi N A 'bersangkutan dengan'
Contoh:
a)
Perlakukanlah para tenaga kerja secara manusiawi.
b)
Setiap manusia harus mempertimbangkan hal-hal surgawi.
c)
Ia menyanyikan lagu-lagu gerejawi.
Aturan pemakaian sufiks -i, -iah atau -wi dalam banyak hal ditentukan oleh aturan fonologi dan tata
bahasa Arab. Secara umum, sufiks -i
dan -iah muncul di belakang kata yang
berakhiran dengan vokal. Ada pula bentuk turunan yang diserap secara utuh
menurut aturan bahasa Arab, seperti hakiki,
rohani, ilmiah, dan harfiah. Sufiks
-i dan -wi dalam bahasa Arab ditambahkan pada nomina jenis maskulin,
sedangkan -iah pada nomina jenis
feminin.
2.
Dari
Bahasa Sansekerta
Akhiran -man,
-wan, dan -wati merupakan contoh
imbuhan serapan dari bahasa Sansekerta yang berfungsi membentuk nomina. Sufiks –man
sudah tidak produktif lagi (improduktif), karena sudah usang dan distribusinya
terbatas pada beberapa kata. Sufiks -man hanya terdapat pada kata budiman dan seniman. Dalam
bahasa Sansekerta, sufiks –man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis
kelamin laki-laki, sedangkan bentuk wanita ditunjukkan dengan bentuk –mati dan –wati. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, sufiks –mati menimbulkan nilai rasa yang
berbeda, yaitu diasosiasikan dengan kata mati sebagai lawan dari hidup. Oleh
karena itu, sufiks –mati tidak
dipakai lagi dalam bahasa Indonesia.
Sufiks -wan merupakan afiks produktif yang memiliki kesanggupan yang besar
untuk melekat pada kata-kata yang dapat membentuk kata-kata baru. Afiks
-wan berfungsi membentuk kata nomina,
misalnya cendekiawan, negarawan,
sejarawan, gerilyawan, usahawan, rohaniwan, dan sebagainya. Sufiks -wan hanya dapat mengikuti huruf hidup. Sufiks -wan dapat bergender netral atau laki-laki,
namun untuk wanita menggunakan -wati.
Sufiks -wati dipakai untuk mengacu pada wanita. Seorang pekerja wanita,
misalnya dinamakan karyawati, sedangkan rekan prianya dinamakan karyawan. Dalam
perkembangan bahasa Indonesia, orang mulai memakai
bentuk -wan untuk merujuk
baik pria maupun wanita. Bila ingin secara khusus merujuk pada kewanitaannya,
baru digunakan sufiks -wati. Dengan kata lain, wartawati
adalah seorang jurnalis wanita,
akan tetapi wartawan bisa mengacu
pada yang pria ataupun wanita.
Sufiks
-man, -wan, dan -wati
-man N N ʻorang yang memiliki sifatʼ
Contoh:
·
Dani merupakan sosok seorang pria yang tampan dan budiman.
·
Basuki adalah seorang seniman yang terkenal.
-wan N N ʻorang yang berprofesi dalam bidang tertentuʼ
Contoh:
·
Arif adalah usahawan muda yang terbilang sukses.
·
Beliau merupakan
pahlawan besar dan negarawan agung.
-wati N N ʻorang yang berprofesiʼ
Contoh:
·
Dia adalah karyawati
di sebuah perusahaan swasta.
·
Sebelum menikah ibuku bekerja sebagai wartawati di sebuah stasiun televisi swasta.
3. Dari Bahasa Barat
a.
Sufiks -ur berfungsi
membentuk kata nomina. Dalam serapan asing, sufiks -ur tidak produktif lagi. Sufiks -ur menggunakan pelaku maskulin (laki-laki).
-ur V N ʻpelaku maskulinʼ
Contoh:
a) Direktur PT
Abadi Jaya tidak hadir dalam rapat.
b) Yang
bertugas sebagai inspektur upacara
pada tanggal 17 Agustus adalah Presiden Soeharto.
c) Redaktur
majalah Sarinah menerima banyak surat.
b.
Sufiks -is dapat berfungsi membentuk kata adjektiva.
Sufiks -is pembentuk kata nomina
berhubungan dengan sufiks -isme.
-is N A ʻbersangkutan denganʼ
Contoh:
a) Tamatan
sekolah teknik ini mempunyai pengetahuan teknis
dan praktis tentang permesinan.
b) Peristiwa
itu dibeberkan secara kronologis oleh
komandannya.
c.
Sufiks -isme
berfungsi
untuk membentuk kata nomina.
-isme -
ʻpaham atau aliranʼ
Contoh:
a)
Aliran humanisme mengutamakan
unsur kemanusiaan.
b)
Kapitalisme ditolak di negara komunis.
c)
Feodalisme sudah tidak sesuai lagi untuk zaman
sekarang.
d. Sufiks –isasi yang diserap dari bahasa Inggris ini
sangat produktif dan berfungsi membentuk kata nomina.
-isasi -
ʻprosesʼ
Contoh:
a)
Riri aktif dalam pelbagai organisasi
di kampusnya.
b)
Ia mengambil spesialisasi
bidang kedokteran anak.
c)
Tradisi tidak memperlancar proses sosialisasi
perusahaan milik keluarga.
e. Sufiks -us berfungsi membentuk kata nomina.
-us - ʻpelaku tunggal, orang yang bergerak
dalam bidangʼ
Contoh:
a) H. B.
Jassin adalah kritikus sastra yang
terkenal.
b) Putra
ingin menjadi seorang politikus ulung.
c) Musikus itu sedang
memusikalisasi puisi karya Chairil Anwar.
E. Makna
1. Dari Bahasa Arab
Akhiran -i, -iah, dan -wi berfungsi membentuk kata sifat. Makna yang dikandungnya pun
menyatakan ʻmemiliki sifat ~ʼ seperti: jasmaniah, ilmiah, harfiah, rohaniah,
dan ʻbersifat ~ʼ seperti: alami, badani, insani, duniawi, manusiawi, surgawi.
Makna leksikal dari sufiks bahasa Arab adalah:
§
Insan : manusia.
§
Insani : bersifat atau
menyangkut manusia; kemanusiaan; manusiawi.
§
Alam : segala yang ada di
langit dan di bumi (bumi, bintang, kekuatan); lingkungan kehidupan.
§
Alami : bersangkutan
dengan alam; bersifat alam; wajar.
§
Alamiah : alami: tanpa dipacu.
§
Jasmani : tubuh; badan; benda
sebagai lawan dari rohani.
§
Jasmaniah : berhubungan dengan
jasmani; mengenai tubuh atau badan.
§
Rohani : roh; berkaitan
dengan roh.
§
Rohaniah : berkenaan dengan
rohani; kerohanian.
§
Badani : berhubungan dengan
badan; mengenai badan: kesehatan dan rohani.
§
Harafiah : (terjemahan atau
arti) menurut huruf, kata demi kata; berdasarkan arti leksikal.
§
Manusiawi : bersifat manusia
(kemanusiaan).
§
Surgawi : mengenai surga;
bersifat surga (kekal, langgeng).
§
Gerejawi : berkenaan dengan
gereja.
§
Ragawi : sifat keragaan.
2.
Dari
Bahasa Sansekerta
Sufiks
-man, -wan, dan -wati merupakan sufiks serapan yang berasal dari bahasa Sansekerta
dan berfungsi membentuk nomina. Pada
masa lampau sufiks -man diletakkan
pada bentuk dasar yang berakhir dengan fonem /i/ seperti terdapat pada kata budiman yang
bermakna orang yang berbudi, dan seniman yang
bermakna orang yang memiliki jiwa seni. Berdasarkan makna leksikal:
Budiman : orang yang berbudi, pintar dan bijaksana.
Seniman : orang yang mempunyai bakat seni dan berhasil
menciptakan dan menggelarkan karya seni (pelukis,
penyair, penyanyi).
a. Orang yang ahli dalam bidang tertentu.
b. Orang yang mata pencarian
atau pekerjaannya dalam bidang tertentu.
c. Orang yang memiliki
barang atau sifat khusus.
Pada mulanya arti akhiran -wan hanya sebatas ʻorang
yang
memiliki ~ʼ.
Seperti:
Dalam perkembangan bahasa Indonesia,
akhiran -wan mengalami perluasan makna,
sehingga dapat bermakna ʻorang yang ahli dalam bidang ~ʼ.
Seperti:
Jenis perluasan yang kedua adalah
yang bermakna ʻorang yang berprofesi dalam bidang ~ʼ.
Seperti:
Karyawati : ʻorang (perempuan)
yang berprofesi dalam menghasilkan ~ʼ
Seniwati : ʻorang yang berprofesi dalam
menghasilkan karya ~ʼ
Pada
kata-kata sukarela afiks -wan menyatakan makna ʻorang yang
bekerja dengan sukarelaʼ.
Seperti:
Relawan : ʻorang yang ~ʼ
Sosiawan : ʻorang yang mempunyai sifat ~ʼ
3. Dari Bahasa Barat
a. Sufiks -ur
bermakna gramatikal ʻlaki-laki yang menjadiʼ.
Seperti:
Direkur : (1) pemimpin tertinggi dalam suatu
perusahaan; (2) kepala sekolah menengah; (3) kepala direktorat
(dalam departemen).
Inspektur : (1) pejabat pemerintah yang bertugas
melakukan pemeriksaan; pemeriksa; penilik; pengawas;
(2) nama pangkat dalam kepolisian.
Redaktur : (1) orang yang menangani bidang
redaksi; (2) pemimpin (kepala atau penerbit) surat kabar.
b. Sufiks –is memiliki makna ʻbersangkutan denganʼ. Seperti:
Teknis : bersifat atau mengenai (menurut)
teknik.
Praktis : berdasarkan praktik; mudah dan
senang memakainya.
Kronologis : berkenaan dengan kronologi; menurut
urutan waktu.
c.
Sufiks –isme. Menurut Harimurti Kridalaksana makna
akhiran –isme yang ada dalam bahasa
Indonesia ada enam, yaitu:
1) Praktik-praktik tak terpuji, misal: terorisme,
premanisme, kronisme, egoisme.
2) Sifat-sifat mental yang baik,
misal: patriotisme, heroisme.
3) Keadaan berlebihan, misal: alkoholisme, gigantisme.
4) Unsur khas dalam bahasa, misal: Latinisme,
Arabisme, Holandisme.
5) Paham atau ajaran: humanisme,
kapitalisme, feodalisme.
6) Sikap benci pada kelompok
lain: chauvinisme, provinsialisme
-isme ʻpaham atau ajaran mengenai ~ʼ
Humanisme : aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan; paham yang menganggap manusia sebagai objek
terpenting.
Kapitalisme : sistem dan paham ekonomi yang modalnya
bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta
dengan cirri persaingan dalam pasar bebas.
Feodalisme : sistem sosial atau politik yang
memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan.
d. Sufiks -isasi menyatakan ʻproses atau menjadikan sesuatuʼ.
Seperti:
Organisasi : kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu.
Spesialisasi : pengahlian dalam suatu cabang ilmu, pekerjaan, kesenian, dan sebagainya.
Sosialisasi : usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik umum (milik negara).
e. Sufiks -us memiliki makna ʻorang yang bergerak dalam
bidang ~ʼ. Seperti:
Kritikus : orang yang ahli dalam memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik buruknya sesuatu.
Politikus : (1) ahli politik; ahli kenegaraan;
(2) orang yang berkecimpungan dalam bidang politik.
Musikus : orang yang mencipta,
memimpin, atau menampilkan musik; pencipta atau pemain musik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
·
Sufiks dalam bahasa
asing terbagi ke dalam bahasa Arab, Sansekerta, dan bahasa Barat yang terdiri
dari bahasa Belanda dan Inggris. Sufiks dalam bahasa Arab terdiri dari sufiks -i, -iah, dan -wi yang berfungsi
membentuk kata sifat, seperti alami, badani, harafiah, rohaniah,
manusiawi, gerejawi.
·
Sufiks dalam bahasa
Sansekerta terdiri dari -man, -wan
dan -wati yang berfungsi membentuk
nomina, seperti budiman, seniman,
usahawan, relawan, karyawan dan karyawati.
Dalam pembentukannya, sufiks -wan
merupakan sufiks yang paling produktif. Pada mulanya arti akhiran ini hanya sebatas ʻorang
yang
memiliki ~ʼ. Akan
tetapi, dalam perkembangan bahasa Indonesia, akhiran -wan mengalami perluasan makna,
sehingga dapat bermakna ʻorang yang ahli dalam bidang ~ʼ.
·
Sufiks dalam bahasa
Barat terdiri dari -ur, -is, -isme,
-isasi, -us yang berfungsi membentuk kata nomina dan adjektiva, seperti direktur, teknis, humanisme, organisasi,
spesialisasi, dan kritikus. Sufiks
asing tidak produktif lagi dalam pembentukan nomina bahasa Indonesia. Dalam
perkembangannya, sufiks -isme dan -isasi dalam bahasa Indonesia tidak
hanya dilekatkan dengan bahasa asing. Kata-kata Indonesia asli pun banyak yang
menggunakan imbuhan tersebut, seperti sukuisme,
provinsialisme,
Indonesisasi,
tendanisasi, dan lelenisasi.
·
Setiap
bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dalam pemakaiannya selalu timbul
masalah-masalah. Seperti pada pembentukan kata gerejani dan gerejawi.
Pembentukan kata yang benar yaitu gerejawi, karena sufiks -i hanya dapat dilekatkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan
konsonan. Sedangkan sufiks -ni tidak
terdapat dalam bahasa Arab.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
Hasan. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer
Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Hurford,
James R. 1994. Grammar: A Student's Guide.
Australia: Cambridge University Press.
Kridalaksana,
Harimurti. 2009. Pembentukan Kata dalam
Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan
Infleksional). Bandung: PT
Refika Aditama.
Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.
Yogyakarta: CV Karyono.