BAB I
PENDAHULUAN
A.
Identitas
Buku
Judul :
Retorika Modern
Penulis : Jalaluddin Rakhmat
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Kota
Terbit : Bandung
Tahun
Terbit : 2011
Cetakan
ke- : 15
Halaman : 142 hlm.
Ukuran : 16x24 cm
B.
Garis
Besar Isi Buku
Buku yang berjudul RETORIKA
MODERN PENDEKATAN PRAKTIS ini secara garis besar terdiri atas tujuh bab,
yaitu :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tahap Persiapan Pidato
BAB III : Tahap Penyusunan Pidato
BAB IV : Tahap Penyampaian Pidato
BAB V : Pidato Informatif
BAB VI : Pidato Persuasif
BAB VII :
Pidato Rekreatif
Setiap
bab dalam buku ini membahas secara terperinci mengenai sejarah retorika modern
dari zaman Romawi sampai Modern, kemudian penjelasan mengenai macam-macam pidato.
Semua tersusun sebagai pembelajaran dari tahap penyusunan pidato sampai
bagaimana cara berpidato atau menjadi pembicara yang baik di depan khalayak
umum.
C.
Permasalahan
Pokok
1. Bagaimana
perkembangan retorika dari zaman Romawi sampai sekarang?
2. Apa
saja yang harus dipersiapkan ketika akan berpidato?
3. Bagaimana
cara membangun kepercayaan diri dan kredibilitas?
4. Apa
yang dimaksud dengan pidato informatif, persuasif, dan rekreatif?
5. Sebutkan
pola yang digunakan dalam pidato persuasif!
D.
Tujuan
Dalam penulisan laporan buku ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui
perkembangan retorika dari zaman Romawi sampai sekarang.
2. Mengetahui
hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan ketika akan pidato.
3. Memupuk
diri untuk membangun manusia yang memiliki kepercayaan diri dan kredibilitas.
4. Memahami
apa yang dimaksud dengan pidato informatif, persuasif, dan rekreatif.
5. Menyebutkan
pola-pola yang terdapat dalam pidato persuasif.
BAB II
INTISARI BUKU
BAB I : PENDAHULUAN
Di
antara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara.
Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari
mulutnya. Berbicara telah membedakan manusia dari makhluk lain. Lama sebelum
lambang tulisan digunakan sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukan
sekalipun, berbicara tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan
bicara yang tidak dapat digantikan dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih
pribadi, dan lebih manusiawi.
A.
Sejarah
Perkembangan Retorika
Objek
studi retorika setua kehidupan manusia. Kefasihan bicara mungkin pertama kali
ditunjukkan dalam upacara adat: kelahiran, kematian, lamaran, perkawinan, dan
sebagainya. Pidato disampaikan oleh orang yang mempunyai status tinggi. Dalam
perkembangan peradaban pidato melingkupi bidang yang lebih luas. "sejarah
manusia" kata Lewis Copeland dalam kata pengantar bukunya tentang pidato
tokoh-tokoh besar dalam sejarah, "terutama sekali adalah catatan peristiwa
penting yang dramatis, yang seringkali disebabkan oleh pidato-pidato besar. Sejak
Yunani dan Roma sampai zaman kita sekarang, kepandaian pidato dan kenegarawanan
selalu berkaitan. Banyak jago pedang juga terkenal dengan kefasihan bicaranya
yang menawan."
Uraian
sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni
Yunani di Pulau Sicilia. Kira-kira tahun 465 SM, rakyat melancarkan revolusi.
Diktator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan tanah
rakyat kepada pemiliknya yang sah. Disinilah kemusykilan terjadi. Untuk
mengambil haknya, pemilik tanah harus sanggup meyakinkan dewan juri di
pengadilan. Waktu tu, tidak ada pengacara dan tidak ada sertifikat tanah.
Setiap orang harus meyakinkan mahkamah dengan pembicaraan saja.
Untuk
membantu orang memenangkan haknya di pengadilan, Corax menulis makalah
retorika, yang diberi nama Techne logon
(Seni Kata-kata). Bila kita tidak dapat memastikan sesuatu, mulailah dari
kemungkinan umum. Retorika memang mirip "ilmu silat lidah". Di
samping teknik kemungkinan, Corax meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia
membagi pidato pada lima bagian: pembukaan,
uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Dari sini, para
ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato. Walaupun demokrasi gaya
Syracuse tidak bertahan lama, ajaran Corax tetap berpengaruh.
Masih
di Pulau Sicilia, tetapi di Agrigetum, hidup Empedocles (490-430 SM), filosif,
mistikus, politisi, dan sekaligus orator. Ia cerdas dan mengetahui banyak
pengetahuan. Sebagai filosof, ia pernah berguru kepada Pythagoras dan menulis The Nature of Things. Sebagai mistikus,
ia percaya bahwa setiap orang bisa bersatu dengan Tuhan bila ia menjauhi
perbuatan yang tercela. Sebagai politisi, ia memimpin pemberontakan untuk
menggulingkan aristokrasi dan kekuasaan diktator. Sebagai orator, menurut Aristoteles,
"ia mengajarkan prinsip-prinsip retorika, yang kelak dijual Gorgias kepada
penduduk Athena." Tahun 427 SM Gorgias dikirim sebagai duta ke Athena.
Negeri itu sedang tumbuh sebagai negara yang kaya. Kelas pedagang cosmopolitan
selain memiliki waktu luang lebih banyak, juga terbuka pada gagasan-gagasan
baru. Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan kemampuan
berpikir yang jernih dan logis serta berbicara yang jelas dan persuasif.
Gorgias memenuhi kebutuhan "pasar" saat ini dengan mendirikan sekolah
retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromtu. Mereka adalah dosen-dosen
terbang. Protagoras menyebut kelompoknya sophistai,
"guru kebijaksanaan". Sejarawan menyebut mereka kelompok Sophis.
Mereka berjasa mengembangkan retorika dan mempopulerkannya. Berkat kaum Sophis,
abad keempat sebelum Masehi adalah abad retorika. Jago-jago pidato muncul di
pesta olimpiade, di gedung perwakilan dan pengadilan.
B.
Retorika
Zaman Romawi
Teori
retorika Aristoteles sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi, retorika
telah memperoleh dasar teoretis yang kokoh. Namun, pada sisi lain, uraiannya
yang lengkap dan persuasif telah membungkam para ahli retorika yang datang
sesudahnya. Orang-orang Romawi selama dua ratus tahun setelah De Arte Rhetorica tidak menambahkan
apa-apa yang berarti bagi perkembangan retorika.
C.
Retorika
Abad Pertengahan
Sejak
zaman Yunani sampai Romawi, retorika selalu berkaitan dengan kenegarawanan.
Para orator umumnya terlibat dalam kegiatan politik. Ada dua cara untuk
memeroleh kemenangan politik: talk it out
(membicarakan sampai tuntas) atau shoot
it out (menembak sampai habis). Retorika subur pada cara pertama, cara
demokrasi. Ketika demokrasi Romawi mengalami kemunduran, dan kaisar demi kaisar
memegang pemerintah, "membicarakan" diganti dengan
"menembak". Retorika tersingkir ke belakang panggung. Para kaisar
tidak senang mendengar orang yang pandai berbicara.
Abad
pertengahan sering disebut abad kegelapan, juga buat retorika. Ketika agama
Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Banyak orang
Kristen melarang mempelajari retorika para orang-orang Yunani dan Romawi, para
penyembah berhala. Bila orang beragama Kristen, secara otomatis ia akan
memiliki kemampuan untuk menyampaikan kebenaran.
D.
Retorika
Modern
Abad
pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400-1400). Di Eropa, selama
periode panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan. Pertemuan orang Eropa
dengan Islam yang menyimpan dan mengembangkan khazanah Yunani dalam Perang
Salib menimbulkan Renaissance. Renaissance mengantarkan kita pada retorika
modern. Yang membangun jembatan, menghubungkan Renaissance dengan retorika
modern adalah Roger Bacon (1214-1219). Aliran pertama retorika dalam masa
modern, yang menekankan proses psikologis, dikenal sebagai aliran
epistemologis. Epistemologis membahas "teori pengetahuan", asal-usul,
sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para pemikir epistemologis
berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan perkembangan psikologi kognitif
(yakni, yang membahas proses mental). Aliran retorika modern kedua dikenal
sebagai gerakan belles letters,
sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang
dengan mengabaikan segi informatifnya. Jadi, aliran pertama dan kedua terutama
memusatkan perhatian mereka pada persiapan pidato, pada penyusunan pesan, dan penggunaan
bahasa. Adapun tokoh-tokoh retorika mutakhir ialah: James A. Winans (perintis penggunaan psikologi modern dalam
pidatonya), Charles Henry Woolbert (Speech
Communication sebgai ilmu tingkah laku),
William Noorwood Brigance (menekankan faktor keinginan sebagai dasar
persuasi), dan Alan H. Monroe (meneliti proses motivasi/motivating process, dan
cara organisasi pesan).
BAB II : TAHAP
PERSIAPAN PIDATO
Ketika
pengumpulan pendapat (poll) dilakukan di antara 400 profesor retorika di perguruan-perguruan
tinggi AS, dua buah pidato dinyatakan sebagai pidato yang paling terkenal di
AS. Satu diantaranya ialah pidato Gettysburg, tanggal 19 November 1863.
Bagi Lincoln, pidato yang baik harus
didahului dengan persiapan yang matang. Cara persiapan dapat bermacam-macam,
tetapi yang pasti ialah the greater the
speaker, the more careful has been his preparation. Dengan persiapan di
atas, dimulailah pemilihan topik, penentuan tujuan yang jelas dan pengembangan
pokok bahasan.
A.
Jenis-Jenis
Pidato
Menurut ada tidaknya persiapan, sesuai dengan cara yang
dilakukan waktu persiapan, dapat dikemukakan empat macam pidato, yaitu:
Impromtu. Bila anda menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil
untuk menyampaikan pidato, pidato yang anda lakukan disebut impromtu. Bagi juru
pidato yang berpengalaman, impromtu memiliki beberapa keuntungan: 1) Impromtu
lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, 2) Gagasan dan pendapatnya datang secara
spontan, 3) Impromtu memungkinkan anda terus berpikir.
Kerugiannya dapat melenyapkan keuntungan-keuntungan di
atas, lebih-lebih lagi pembicara yang masih "hijau": 1) Impromtu
dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah karena dasar pengetahuan tidak
memadai, 2) Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tidak lancar, 3)Gagasan
yang disampaikan bisa ngawur, 4) Karena tiadanya persiapan, kemungkinan
"demam-panggung" besar sekali. Impromtu sebaiknya dihindari, tetapi
bila terpaksa hal-hal berikut dapat dijadikan pegangan:
1. Pikirkan
lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
2. Tentukan
sistem organisasi pesan. Misal:ekonomi-politik, hubungkan teori dan praktek.
3. Pikirkan
teknik pidato yang mengesankan.
Manuskrip
(pidato dengan naskah). Juru pidato
membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Manuskrip diperlukan oleh
tokoh nasional, sebab kesalahan kata saja dapat menimbulkan kekacauan dan
berakibat jelek bagi pembicara. Manuskrip juga dilakukan oleh ilmuwan yang
melaporkan hasil penelitiannya dalam pertemuan ilmiah. Pidato radio dapat
menggunakan manuskrip tanpa kelihatan oleh pendengarnya. Pidato manuskrip tentu
bukan pidato yang baik walaupun memiliki keuntungan: 1) Kata-kata dapat dipilih
sebaik-baiknya, 2) Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun
kembali, 3) Kefasihan bicara dapat dicapai, karena kata sudah disiapkan, 4) Hal-hal
yang menyimpang dapat dihindari, 5) Manuskrip dapat diterbitkan atau
diperbanyak.
Adapun kerugiannya: 1) Komunikasi pendengar akan berkurang,
2) Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik, 3) Umpan-balik dari pendengar
tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan, 4) Pembuatannya
lebih lama dan sekadar menyiapkan garis-garis besarnya (outline) saja. Untuk
mengurangi kekurangan dalam menyampaikan pidato manuskrip adalah:
1. Susunlah
lebih dahulu garis-garis besarnya dan siapkan bahan-bahannya.
2. Tulislah
manuskrip seakan-akan anda bicara. Gunakan gaya bicara informal, langsung.
3. Baca
naskah itu berkali-kali sambil membayangkan pendengar.
4. Hafalkan
sekadarnya sehingga dapat lebih sering melihat pendengar.
5. Siapkan
manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi dan batas pinggir yang luas.
Memoriter. Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi
kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat, organisasi
yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang
diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan sudah tetap, maka tidak
terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung,
memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari
kata-kata kepada usaha mengingat-ingat.
Ekstemporer adalah jenis pidato yang paling baik dan paling
sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan
sebelumnya berupa garis besar dan pokok-pokok penunjang pembahasan (supporting
points). Keuntungan ekstempore ialah komunikasi pendengar dengan pembicara
lebih baik karena pembicara berbicara langsung kepada khalayak. Bagi pembicara
yang belum ahli, kerugian yang akan timbul: persiapan kurang baik bila dibuat
terburu-buru, pemilihan bahasa yang jelek, kefasihan yang terhambat karena
kesukaran memilih kata dengan segera, kemungkinan menyimpang dari pembahasan.
B.
Memilih
Topik dan Tujuan
Sebelum pidato, kita harus mengetahui lebih dahulu apa yang
akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak kita.
Dengan singkat, kita memerlukan pokok bahasan (topik) dan tujuan.
1.
Sumber-Sumber
Topik
Untuk
membantu menemukan topik, Prof. Wayne N. Thompson menyusun sistematika sumber
topik sebagai berikut:
a. Pengalaman
pribadi: perjalanan, tempat yang pernah dikunjungi, kelompok anda, wawancara
dengan tokoh, kejadian luar biasa, peristiwa lucu, dan sebagainya.
b. Hobby
dan keterampilan: cara melakukan sesuatu, cara bekerja sesuatu, atau peraturan
dan tata cara.
c. Pengalaman
pekerjaan atau profesi: pekerjaan tambahan, profesi keluarga.
d. Pelajaran
sekolah atau kuliah: hasil-hasil penelitian, hal-hal yang perlu diteliti.
e. Pendapat
pribadi: kritikan pada permainan, film, buku, puisi, pidato atau siaran radio
dan televise, serta hasil pengamatan pribadi.
f. Peristiwa
hangat dan pembicaraan publik: berita halaman muka surat kabar, topik tajuk
rencana, artikel pada kolom yang lain, berita radio dan televisi.
g. Masalah
abadi: agama, pendidikan, atau soal masyarakat yang belum selesai.
h. Kilasan
biografi: orang-orang terkenal.
i. Kejadian
khusus: perayaan atau peringatan.
j. Minat
khalayak: pekerjaan, hobby, rumah tangga, pengembangan diri, kesehatan dan penampilan,
tambahan ilmu, minak khusus, dan lain-lain.
2.
Kriteria
Topik yang Baik
a. Topik harus sesuai
dengan latar belakang pengetahuan Anda.
b. Topik harus menarik
minat Anda.
c. Topik harus menarik
minat pendengar.
d. Topik harus sesuai
dengan pengetahuan pendengar.
e. Topik harus terang
ruang-lingkup dan pembatasannya.
f. Topik harus sesuai
dengan waktu dan situasi.
g. Topik harus dapat
ditunjang dengan bahan yang lain.
3.
Merumuskan
Judul
Erat
kaitannya dengan topik ialah judul. Topik adalah pokok bahasan yang akan
diulas. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat: relevan, provokatif, dan
singkat.
4.
Menentukan
Tujuan
Ada dua macam tujuan: tujuan umum dan khusus. Tujuan umum:
memberitahukan (informatif) ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar,
mempengaruhi (persuasif) ditujukan agar orang mempercayai sesuatu, dan
menghibur (rekreatif) ditujukan untuk
menghibur. Hubungan antara topik, judul, tujuan umum dan tujuan khusus pada
contoh berikut:
Topik : Faedahnya memiliki
sifat pemaaf
Judul : Pemaaf sumber
kebahagiaan
Tujuan
umum : Informatif
Tujuan
khusus :
Pendengar mengetahui bahwa: a)Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani dan rohani, b) Sifat pemaaf
menimbulkan ketentraman jiwa dan kesehatan.
C.
Mengembangkan
Pembahasan
Bila topik yang baik sudah ditemukan, Anda memerlukan
keterangan untuk menunjang topik tersebut. Keterangan penunjang dipergunakan
untuk memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik dan mempermudah
pengertian. Semua teknik pengembangan bahasan dapat dikelompokkan dalam enam
macam:
1. Penjelasan
(uraian)
2. Contoh
(ilustrasi)
3. Analogi
(perbandingan antara dua hal atau lebih)
4. Testimoni
(pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan)
5. Statistik
(angka yang dipergunakan untuk menunjukkan kasus dalam jenis tertentu)
6. Perulangan
(menyebutkan gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda)
BAB III : TAHAP
PENYUSUNAN PIDATO
A.
Prinsip-Prinsip
Pidato
Banyak
cara menyusun pesan pidato, semua harus didasari dengan tiga prinsip:
1.
Kesatuan
(unity). Komposisi yang baik harus merupakan
kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan, dan sifat
(mood). Komposisi harus mempunyai satu
macam tujuan. Satu di antara tiga - menghibur, memberitahukan, dan memengaruhi
- yang harus dipilih. Kesatuan harus tampak dalam sifat pembicara (mood). Sifat ini mungkin serius, informal, formal,
anggun, atau bermain-main. Maka seharusnya suasana formalitas harus
mendominasi.
2.
Pertautan
(coherence). Pertautan menunjukkan urutan bagian
uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari
pokok yang satu kepada pokok yang lainnya berjalan lancar. Untuk memelihara
pertautan dapat dipergunakan tiga cara: ungkapan
penyambung (connective phrases) adalah sebuah kata atau lebih yang
digunakan untuk merangkai bagian-bagian, pararelisme
ialah mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama
untuk setiap pokok pembicaraan, dan gema (echo) berarti kata atau gagasan
dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru. Gema dapat berupa
sinonim, perulangan kata, kata ganti atau istilah terdahulu.
3.
Titik-berat
(emphasis). Hal-hal yang harus dititikberatkan
bergantung kepada isi komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama.
Gagasan utama (central ideas), ikhtisar uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok,
hal-hal yang harus dipikirkan khalayak adalah contoh-contoh bagian yang harus
dititikberatkan, atau ditekankan. Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan
dengan tanda garis bawah, huruf miring atau huruf tebal.
B.
Menyusun
Pesan Pidato
1.
Organisasi
Pesan
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan
(sequence): a) Urutan Deduktif,
dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan
keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti. b) Urutan Induktif, kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian
menarik kesimpulan. c) Urutan Kronologis,
pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. d) Urutan
Logis, pesan disusun berdasarkan sebab-ke-akibat atau akibat-ke-sebab. e)Urutan Spasial, pesan disusun
berdasarkan tempat, dipergunakan kalau pesan berhubungan dengan subjek geografis
atau keadaan fisik lokasi. f) Urutan
Topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan: klasifikasinya, dari
yang terpenting sampai kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari
yang dikenal kepada yang asing.
2.
Pengaturan
Pesan
Dalam buku Retorika Berbicara mengambil sistem penyusunan
pesan dari Alan H. Monroe, sebab betapapun klasiknya sistem ini tetap merupakan
sistem yang lengkap, terurai, dan praktis untuk diterapkan dalam penyusunan
pesan pidato. Monroe menyebutkan lima tahap urutan bermotif: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi,
dan tindakan.
C.
Membuat
Garis-Garis Besar Pidato
Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang
amat berharga bagi pembicara. Garis besar adalah peta bumu bagi komunikator
yang akan memasuki daerah kegiatan retorika.
1.
Ciri-ciri
Garis Besar yang Baik
a. Garis
besar terdiri dari tiga bagian: pengantar, isi, dan penutup.
b. Lambang
digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak boleh membingungkan. Ada dua
macam sistem lambang: sistem angka dan sistem kombinasi.
Sistem
angka: Sistem
Kombinasi:
1.------------------------------------- I.-----------------------------------
1.1-------------------------------- A.-----------------------------
1.1.1-------------------------- 1.-----------------------
c. Pikiran
pokok dan penunjang dibedakan dengan penulisan yang menjorok ke dalam. Contoh: 1. Jurnalistik mencakup bermacam-macam
pekerjaan.
A. Dalam media surat kabar:
1) Reporter
2) Penyunting
3) Pembaca
naskah, dst.
2.
Macam-macam
Garis Besar
Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara,
Alan H. Monroe menunjukkan tiga macam garis besar: 1) Garis besar lengkap, diperlukan dalam proses pengembangan pidato
dan digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya. Pikiran-pikiran
pokok ditulis dengan sempurna. 2) Garis
besar singkat, diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja oleh
para ahli pembicara dalam proses penyampaian pidato. 3) Garis besar alur teknis, dapat ditulis sejajar dengan garis besar
lengkap diletakkan pada kertas lain.
D.
Memilih
Kata-Kata
Kata-kata bukan saja dapat mengungkapkan, tetapi juga
memperhalus, dan bahkan menyembunyikan kenyataan. Glenn R. Capp dan Richard
Capp, Jr. merumuskan ketentuan-ketentuan retorika itu sebagai berikut: bahasa
lisan harus menggunakan kata-kata yang jelas,
seperti: gunakan istilah yang spesifik (tertentu), kata-kata yang sederhana, hindari
istilah-istilah teknis, berhemat dalam penggunaan kata, dan gunakan perulangan
atau gagasan yang sama dengan kata yang berbeda. Tepat, yang harus diperhatikan: hindari kata-kata klise (sering
dipergunakan tapi sesuai lagi dengan perkembangan zaman), gunakan bahasa
pasaran secara hati-hati, hati-hati dalam penggunaan kata-kata pungut, vulgarisme
dan kata tidak sopan, jangan menggunakan julukan, serta eufemisme (ungkapan
pelembut pengganti kata yang terasa tidak enak). Menarik: pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung dari khalayak,
gunakan bahasa yang figuratif (bahasa yang dibentuk begitu rupa sehingga
menimbulkan kesan yang indah), dan gunakan kata-kata tindak (action words),
kata tindak menggunakan kata-kata aktif.
E.
Cara
Membuka Pidato
Pembukaan pidato adalah bagian penting dan menentukan.
Kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh komposisi dan
presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan pidato ialah membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik mengenai
komunikator. Adapun cara membuka pidato di antaranya: langsung menyebutkan
pokok persoalan, melukiskan latar belakang masalah, menghubungkan dengan
peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak,
dengan peristiwa yang sedang diperingati, dengan tempat komunikator berpidato,
dengan suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak, dengan kejadian
sejarah yang terjadi di masa lalu, prestasi mereka, menceritakan pengalaman
pribadi, mengisahkan cerita faktual, fikif atau situasi hipotesis, dan humor.
F.
Cara
Menutup Pidato
Permulaan dan akhir pidato merupakan bagian-bagian yang
paling menentukan. Penutup pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan perasaan
khalayak pada gagasan utama atau simpulan penting dari seluruh isi pidato. Ada
beberapa cara menutup pidato: menyimpulkan ikhtisar pembicaraan, menyatakan
kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda, mengakhiri dengan
klimaks, atau mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan
ahli, dan sebagainya. Dengan mengetahui teknik-teknik membuka dan menutup
pidato terbuka beberapa alternatif yang dapat dipilih. Tetapi pada akhirnya
teknik-teknik itu bergantung kepada kreativitas seseorang.
BAB IV : TAHAP
PENYAMPAIAN PIDATO
Ada
tiga rukun penyampaian pidato: kontak,
penggunaan suara (paralanguage), dan penggunaan
isyarat dan gerak tubuh (lambang-lambang nonverbal visual).
A.
Membangun
Kepercayaan Diri dan Kredibilitas
1.
Kecemasan
Berkomunikasi: Diagnosis
Banyak istilah digunakan untuk menamai gejala ini: demam
panggung (stage fright), kecemasan bicara (speech anxiety), atau yang lebih
umum stres kerja (performance stress).
2.
Sebab-sebab
Kecemasan Komunikasi
Orang mengalami kecemasan komunikasi (untuk selanjutnya
disebut KK) karena beberapa hal: a) Tidak tahu apa yang harus dilakukan. b) Orang
menderita KK karena ia tahu ia akan dinilai. c) KK dapat menimpa bukan pemula,
bahkan mungkin orang-orang terkenal sebagai pembicara yang baik.
3.
Metode
Mengendalikan KK
Ada dua metode mengendalikan KK, yaitu: 1) Metode jangka panjang, yakni ketika kita
secara berangsur-angsur mengembangkan keterampilan mengendalikan KK dengan tiga
sebab di atas. 2) Metode jangka pendek,
yakni ketika kita harus segera mengendalikan KK pada waktu (atau sebelum)
menyampaikan pidato.
4.
Komponen-komponen
Kredibilitas
Kredibilitas tidak melekat pada diri pembicara.
Kredibilitas terletak pada persepsi khalayak tentang pembicara. Karena
kredibilitas itu sama dengan persepsi khalayak tentang komunikator, kredibilitas
dapat dibangun atau dibentuk.
5.
Membangun
Kredibilitas
Salah satu komponen kredibilitsa adalah otoritas. Memiliki otorits artinya
memiliki keahlian yang diakui. Otoritas dibentuk karena orang melihat latar
belakang pendidikan dan pengalaman. Komponen kedua dalam kredibilitas adalah
good sense. Pendengar menyukai (akhirnya menerima) gagasan yang dikemukakan
oleh pembicara yang dipandang objektif. Erat kaitannya dengan good sense adalah good character (akhlak yang baik) termasuk komponen ketiga. Yang
termasuk akhlak yang baik adalah kejujuran, integritas, dan ketulusan. Komponen
terakhir kredibilitas yaitu dinamisme.
Dinamisme adalah ekspresi fisikal dari komitmen psikologis Anda terhadap topik.
A.
Prinsip-Prinsip
Penyampaian Pidato
1.
Kontak
Pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah
atau menjalin hubungan dengan pendengarnya. Teknik pertama untuk menjalin
hubungan adalah melihat langsung kepada khalayak. Anda tidak mungkin melihat mereka satu
persatu. Tetapi, sapukan pandangan Anda ke semua hadirin. Inilah kontak visual.
Di samping kontak visual, Anda juga melakukan kontak mental. Anda melihat
mereka mengantuk, masukkan bahan-bahan yang menarik perhatian. Mereka
mengernyitkan kening, jelaskan pembicaraan Anda secara terperinci.
2.
Karakteristik
Olah Vokal
Mekanisme olah vokal mengubah bunyi menjadi kata-kata,
ungkapan, atau kalimat. Pidato, seperti teater, sangat bergantung paada akting.
Salah satu unsur akting adalah olah vokal. Ada tiga hal yang harus diperhatikan
dalam olah vokal: kejelasan
(intelligibility), keragaman
(variety), dan ritma (rhythm) yaitu
keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku kata, tata kalimat atau
paragraf.
3.
Olah
Visual
Sebenarnya ketika kita berbicara yang wajar, ketika kita
bercakap-cakap, kita menggunakan olah visual itu dengan sendirinya. Gerak gerik
tubuh Anda dalam berpidato akan melibatkan pendengar untuk bergerak juga.
Untuk meyingkatkan bab ini: Poise, Pause, dan Pose.
Poise artinya kepercayaan diri, ketenangan dan kredibilitas. Pause artinya
hentian yang tepat - menunjukkan penggunaan suara (olah vokal) yang baik. Pose
- seperti dalam ucapan anak muda "berpose" - adalah penampilan anda
di hadapan khalayak.
BAB V : PIDATO
INFORMATIF
Pidato
informatif bertujuan untuk menyampaikan informasi. Khalayak diharapkan
mengetahui, mengerti, dan menerima informasi itu. Apa pun jenisnya, pidato
informatif merupakan upaya untuk menanamkan pengertian. Karena itu, secara
keseluruhan pidato informatif harus jelas, logis, dan sistematis.
A.
Isi
Pesan
Supaya isi itu mudah dipahami dan diingat, Ehninger dan
kawan-kawan menyarankan hal-hal berikut:
1. Gagasan utama tidak
boleh terlalu banyak.
2. Jelaskan
istilah-istilah aneh dan kabur. Setiap bidang
mempunyai sejumlah istilah. Sebelum memasuki bahasan yang utama, bahaslah lebih
dahulu istilah yang akan dipergunakan.
3. Atur kecepatan
menyajikan informasi. Terlalu lama akan
menyebabkan bertele-tele atau membosankan. Terlalu singkat membuat orang
kebingungan. Pilihlah waktu yang tepat.
4. Jelaskan perpindahan pokok
pembicaraan. Ketika beralih dari satu pokok
bahasan ke pokok bahasan lain, tunjukkan perpindahannya dengan jelas.
5. Gunakan data
konkret-jaringan abstrak. Pidato informatif
harus kaya dengan fakta, angka, penjelasan dan contoh.
6. Hubungkan yang tidak
diketahui dengan yang diketahui.
7. Masukkan bahan-bahan
yang menarik perhatian.
B.
Organisasi
Pesan
Organisasi pesan deduktif, induktif, kronologis, spasial,
dan topikal, semua metode ini dapat dipergunakan untuk menyusun pidato
informatif.
Penyusunan
Pesan Menurut Monroe
Dalam teori Monroe, pidato informatif hanya mempunyai tiga
tahap, yaitu perhatian (Anda harus menarik
perhatian pendengar), kebutuhan
(menjelaskan mengapa informasi yang akan Anda sampaikan itu sangat penting bagi
khalayak), dan pemuasan (menyampaikan
informasi itu sendiri). tahap pemuasan dibagi tiga bagian, yaitu:
1. Ikhtisar Pendahuluan.
Menyebutkan pokok-pokok pembicaraan, satu demi satu. Tujuannya adalah membantu
khalayak memperoleh gambaran menyeluruh.
2. Informasi terinci.
Pokok-pokok pembicaraan yang disebutkan sebelumnya, dijelaskan satu per satu.
Anda masukkan teknik pengembangan ilustrasi, statistik, analogi, dan lain-lain.
Semua harus secara sistematis dan logis.
3. Ikhtisar akhir.
Menyebutkan kembali hal-hal yang sudah dibicarakan, lalu simpulkan.
C.
Teknik
Pengembangan Bahasan
Dalam memilih teknik-teknik pengembangan bahasan, ada dua
faktor penting, yaitu faktor informatif dan faktor penarik perhatian. Kita
dapat menyampaikan informasi melalui fakta, yakni pernyataan yang menunjukkan
bahwa sesuatu itu benar. Di samping fakta, statistik dan contoh yang hipotesis
dan faktual dapat memperkaya informasi. Supaya menarik perhatian, rangkaian
fakta, statistik, dan contoh itu harus disajikan seperti dalam pengalaman pribadi, dan kebenaran fakta
dengan demonstrasi.
Teknik
Pengembangan Bahasan dalam Pengantar
1. Menarik perhatian.
Gunakan hentian panjang untuk memusatkan perhatian, ajukan pertanyaan, cerita
kisah atau anekdok, dan buat humor.
2. Mengumumkan topik.
Menyebutkan topik secara langsung.
3. Menegaskan relevansi.
Menjelaskan mengapa Anda memilih topik.
4. Membangun kredibilitas.
Tegaskan siapa Anda, tunjukkan bagaimana topik memengaruhi khalayak.
5. Menyusun pesan.
Sebutkan cakupan yang akan dibahas, tunjukkan susunan pokok bahasan, dan gunakan
perpindahan gagasan yang jelas.
BAB VI : PIDATO
PERSUASIF
A.
Teknik-Teknik
Persuasif
Tidak ada teknik persuasi yang berlaku di mana saja, kapan
saja, dan untuk apa saja. Waktu, situasi, dan khalayak sangat menentukan
pemilihan teknik persuasi. Ehninger, Monroe, dan Gronbeck dalam Principles and types of communication,
merinci teknik-teknik persuasi berdasarkan jenis khalayaknya:
1.
Khalayak
Tak Sadar
Terkadang pendengar Anda tidak sadar akan adanya masalah
atau tidak tahu bahwa perlu mengambil keputusan. Jika begini gunakan
langkah-langkah urutan bermotif tahap
perhatian (dengan ilustrasi, fakta, kutipan yang tepat), kebutuhan (tunjukkan ruang lingkup
masalah dan implikasinya), pemuasan,
visualisasi, dan tindakan (menegaskan
adanya masalah, membuat ikhtisar akhir dan menghimbau untuk meyakini dan
bertindak).
2.
Khalayak
Apatis
Khalayak apatis tahu masalah, tetapi mereka acuh tak acuh
saja. Dalam masalah ini gunakan tahap
perhatian sampaikan satu dua fakta yang mengejutkan), kebutuhan (bila sudah tumbuh perhatian, lanjutkan dengan
menunjukkan secara langsung dan dramatis bagaimana masalah tersebut memengaruhi
setiap orang yang hadir), pemuasan
(tegaskan kembali begaimana usulan atau pemecahan yang Anda tawarkan yang
sangat berpengaruh), visualisasi dan
tindakan (visualisasikan secara jelas keuntungan yang akan diperoleh,
selanjutnya mintakan mereka untuk memahai dan bertindak untuk mengatasinya).
3.
Khalayak
yang Tertarik tetapi Ragu
Sebagian
khalayak tahu dan sadar akan adanya masalah, tahu bahwa perlu mengambil
keputusan, tetapi mereka masih meragukan keyakinan yang harus mereka ikuti atau
tindakan yang harus mereka jalankan. Untuk masalah ini gunakanlah tahap perhatian (tahap ini boleh singkat
saja), kebutuhan (jelaskan latar
belakang historisnya secara singkat dan tunjukkan mengapa perlu mengambil
keputusan), pemuasan (nyatakan usulan
Anda secara ringkas tindakan yang harus dilakukan), visualisasi (singkat, gunakan bahasa yang hidup dan persuasif
tetapi jangan berlebihan), dan tindakan
(nyatakan kembali secara jelas dan kuat usulan, anjuran atau rencana yang Anda
canangkan).
4.
Khalayak
yang Bermusuhan
Terkadang khalayak sadar bahwa ada problem atau bahwa ada
masalah yang harus diatasi, tetapi mereka menentang usulan yang Anda ajukan. Dalam
masalah ini gunakan urutan bermotif perhatian
(pertama kali usahakan untuk menyambungkan persahabatan dengan khalayak, bahas
poko pembicaraan secara tidak langsung dan berangsur-angsur), keutuhan (capailah kesepakatan pada
prinsip-psinsip atau keyakinan-keyakinan), visualisasi
dan tindakan (berilah tekanan lebih banyak pada visualisasi, atau
keuntungan-keuntungan).
B.
Menetapkan
Daya Tarik Motif
Motif Daya Tarik
Motif
Biologis
1. Lapar
dan dahaga : kenikmatan,
kesenangan, kemewahan
2. Lelah : rekreasi,
permainan, pelepasan dari ketegangan
3. Seks : daya tarik
seks, perkosaan, penistaan
4. Keselamatan : kesehatan, keamanan,
perlindungan, ketentraman
Motif psikologis yaitu motif yang tidak
melibatkan secara langsung integritas biologis dan organisme. Motif
organisme ialah motif yang berkaitan dengan fungsi intrinsik organisme.
Motif ini cenderung dapat dipenuhi oleh individu yang bersangkutan. Motif
sosial ialah motif yang bergantung kepada hubungan individu dengan
manusia lain. Motif transendental jarang sekali mendapat perhatian buku-buku
ilmu jiwa. Motif ini barangkali agak menonjol pada lukisan Jung tentang manusia
sebagai "naturaliter religiosa". Bagi setiap manusia senantiasa ada
nila-nilai yang paling tinggi dan paling menyentuh emosi manusia.
Menggunakan
Daya Tarik Motif
1. Semua
daya tarik motif baik, asalkan sesuai dengan situasi khalayak yang dihadapi.
2. Dalam
sejumlah motif itu ambillah motif utama saja. Motif-motif lain hanya
dipergunakan sebagai penunjang pada motif tersebut.
Unsur
Emosi sebagai Intensifikasi Daya Tarik Motif
Menurut Emil Dofivat, ada tujuh
penggerak emosi, yaitu :
1. Kebencian adalah
alat perangsang yang mutlak untuk membangkitkan semangat berjuang. Benci kepada
kejahatan sangat dianjurkan oleh agama dan benci kepada penguasa dihidupkan
oleh pemberontak.
2. Rasa belas dapat
dibangkitkan dengan menonjolkan suasana tidak berdaya.
3. Unsur seks.
Dengan menyertakan tata nilai, unsur seks dapat menimbulkan kebencian.
4. Hasrat menonjol.
Sebagai individu, manusia ingin "lebih" dari orang lain. Dalam taraf
bangsa, hasrat menonjol ini dapat menimbulkan Chauvinisme (dari segi negatif)
atau kepahlawan (dari segi positif).
5. Dasar kesusilaan.
Manusia memiliki nilai-nilai batiniah yang tinggi, yang untuk itu ia rela
mengabdi dan berjuang.
6. Dorongan penglepasan
etis. Frustasi akan menimbulkan baban hati
nurani, ia ingin melepaskan tekanan batinnya. Bila ada ahli pidato yang sanggup
menunjukkan jalan keluar, khalayak akan melahirkan ledakan emosi yang luar
biasa.
Faktor
Penentu Kepribadian (personality Determinants)
Teori Kluckhohn dan Murray
meyebutkan empat macam penentu kepribadian, yaitu:
1. Constitution.
Di samping persamaan jasmaniah, diantara individu -individu terdapat pula
perbedaan-perbedaan khusus. Tingkat kecerdasan, kecepatan bergerak, menentukan
pola kepribadian. Termasuk constitution ialah umur, seks, ciri-ciri penampilan,
kekuatan dan potongan tubuh.
2. Group membership.
Sikap individu senantiasa menjadi bagian dari kelompoknya. Kelompok menentukan
norma, mengatur tingkah laku, bahkan memengaruhi proses komunikasi.
3. Role.
Pemuda yang mendadak menjadi suami akan mengalami perubahan tingkah laku.
Peranannya sebagai suami akan membatasi pergaulannya. Peranan adalah lakon yang
harus dimainkan orang dalam panggung kehidupan. Peranan bukan saja menentukan
kepribadiannya tetapi jiga sikap orang lain kepadanya.
4. Situation
adalah peristiwa tidak terduga dan luar biasa yang sering mengubah tingkah
laku.
C.
Pencitraan
(Imagery)
Setiap saat kita menerima informasi dari lingkungan yaitu
melalui alat-alat indera: penglihatan, penciuman, perasa, dan penyentuh. Dalam
pidato persuasif harus merengsang alat-alat indera itu dengan bahasa.
Penggunaan bahasa untuk menggambarkan stimuli disebut imagery (pencitraan). Anda harus bercerita begitu rupa, sehingga
para pendengar seakan-akan ikut melihat (visual imagery), mendengar (auditory
imagery), mengecap (gustatory imagery), mencium (olfactory imagery), menyentuh,
menggerakkan otot (kinesthetic imagery), atau merasakan mual di dalam tubuh
mereka (organic imagery).
D.
Isi
Pesan Persuasif
1.
Menarik
Perhatian. Ada sejumlah daftar panjang
mengenai bahan-bahan yang menarik perhatian. Inilah sebagian dari daftar itu:
hal konkret, suspense, konflik,
gerakan yang berkaitan dengan sesuatu yang dikenal, yang baru dan eksotik.
2.
Meyakinkan.
Untuk meyakinkan pendengar, kita
memerlukan bahasan tersendiri berkenaan dengan teknik-teknik argumentasi. Bahan
yang meyakinkan adalah bukti.
3.
Menyentuh
atau Menggerakkan. Bahan-bahan yang
menyentuh dan menggerakkan adalah bahan-bahan yang mempunyai pengaruh
psikologis. Pembicaraan tentang daya tarik motif sangat relevan. Penggunaan
daya tarik motif melalui tiga tahap: analisis, seleksi, adaptasi.
E.
Organisasi
Pesan Persuasif
Pola
Pemecahan Masalah
Busby dan Majors, dalam Basic
speech Communication, membuat ikhtisar pola pemecahan masalah sebagai
berikut:
I. Pengantar/Pendahuluan
II. Isi
Pidato
A. Tunjukkan
masalahnya
1. Apa
penyebabnya?
2. Siapa
yang bertanggung jawab?
3. Sejauh
mana urgensinya?
B. Tunjukkan
alternatif pemecahan
1. Adakah
pemecahan masalah?
2. Apa
yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah?
3. Siapa
yang dapat bertindak mengatasi masalah?
C. Tunjukkan
pemecahan terbaik
1. Apa
yang pernah dilakukan orang utntuk memecahkan masalah itu?
2. Mana
pemecahan yang Anda usulkan?
3. Mana
pemecahan yang disukai khalayak?
III. Kesimpulan/Penutup
Pola
Sebab-Akibat
Bubsy dan Majors dalam buku yang sama membuat ikhtisar
berikut:
I. Pengantar/Pendahuluan
II. Isi
Pidato
A. Tunjukkan
sebab-sebab timbulnya kasus
1. Faktor
apa yang menimbulkannya?
2. Apakah
kasus itu merupakan respon pada kasus lain?
3. Siapa
bertanggung jawab?
B. Tunjukkan
akibat-akibat kasus
1. Bagaimana
indikasi kasus?
2. Siapa
yang dikenai kasus?
3. Faktor-faktor
apa yang terpengaruh?
C. Apa
yang dapat/harus dilakukan?
1. Apa
jalan keluarnya?
2. Bagaimana
jalan keluar itu menimbulkan efek yang dikehendaki?
3. Apa
faidah-faidahnya?
4. Siapa
yang harus melakukannya?
III. Kesimpulan/Penutup
Pola
Pro-Kontra
I. Pengantar/Pendahuluan
II. Isi
Pidato
A. Tunjukkan
keuntungan-keuntungannya
1. Aspek
mana dari pokok pembicaraan yang paling menarik?
2. Keuntungan
apa yang bakal diperoleh pendengar?
B. Tunjukkan
kerugian-kerugiannya
1. Aspek
mana yang paling tidak menarik?
2. Adakah
kerugian atau biaya tersembunyi yang akan dialami pendengar?
C. Tunjukkan
bagaimana pendengar memperoleh keuntungan
1. Apakah
keuntungan lebih besar dari kerugian?
2. Langkah-langkah
apa yang harus diambil untuk memperoleh keuntungan?
3. Bagaimana
pendengar dapat berperan serta?
4. Bila
tindakan itu harus dilakukan?
Pola
Urutan Bermotif
I. Pengantar/Pendahuluan
A. Perhatian
1. Bagaimana
menarik perhatian?
2. Bagaimana
memusatkan perhatian?
B. Kebutuhan
1. Apa
masalah yang dihadapi?
2. Apa
yang sudah diketahui khalayak?
3. Bagaimana
membuat khalayak merasakan kebutuhan itu?
II. Isi
Pidato
A. Pemuasan
1. Bagaimana
kebutuhan khalayak dapat dipuaskan?
2. Apa
tanda-tanda pemuas kebutuhan?
3. Di
mana pemuasan itu dapat diperoleh?
B. Visualisasi
1. Apa
keuntungan bagi khalayak?
2. Bagaimana
keadaannya bila kebutuhan itu terpenuhi?
III. Kesimpulan/Penutup
A. Imbauan/Tindakan
1. Apa
yang harus dilakukan khalayak untuk memperoleh pemuas kebutuhan?
2. Kapan
mereka harus bertindak?
BAB VII : PIDATO
REKREATIF
A.
Karakteristik
Pidato Rekreatif
Berbicara tidak untuk menyampaikan informasi, tidak pula
untuk memengaruhi. Tujuannya yaitu untuk menggembirakan, melepas ketegangan,
menggairahkan suasana, atau memberikan salingan yang enak setelah rangkaian
acara yang melelahkan. Pidato rekreatif tidak selalu harus melucu. Pidato
rekreatif disampaikan dalam berbagai situasi: pesta, pertemuan kelompok, dan
jamuan makan malam. Agar dapat menghibur orang lain melaui pidato rekreatif
yaitu: gembirakan dahulu diri Anda, hindari rangkaian gagasan yang sulit,
gunakan gaya bercerita (naratif), dan berbicaralah dengan singkat.
B.
Teori-Teori
Humor
Di kalangan para filusuf, dikenal tiga
teori humor:
1. Teori superioritas dan
degradasi. Teori ini tepat untuk menganalisis
jenis-jenis humor yang termasuk satire.
Satire adalah humor yang mengungkapkan kejelekan, kekeliruan, atau kelemahan
orang, gagasan, atau lembaga untuk memperbaikinya.
2. Teori bisosiasi.
Menurut teori ini, humor timbul karena kita menemukan hal-hal yang tidak di
duga, atau kalimat (juga kata) yang menimbulkan dua macam asosiasi.
3. Teori pelepasan
inhibisi. Ini adalah teori yang paling
"teoretis", sehingga tidak begitu banyak manfaatnya buat kita, karena
banyak menekankan ke alam bawah sadar kita pengalaman yang tidak enak atau
keinginan-keinginan yang tidak bisa kita wujudkan.
C.
Teknik-Teknik
Humor
1.
Exaggeration berarti
melebihkan sesuatu secara tidak proporsional, dilakukan untuk membongkar
kejelekan sejelas-jelasnya dengan maksud mengoreksinya.
2.
Parodi adalah
sejenis komposisi di mana gaya suatu karya (seperti prosa, puisi atau prosa
liris) yang serius ditiru dengan maksud melucu.
3.
Ironi adalah
menggunakan kata-kata untuk menyampaikan makna yang bertentangan dengan makna
harfiahnya.
4.
Burlesque adalah
teknik membuat humor dengan memperlakukan hal-hal yang seenaknya secara serius
atau hal-hal yang serius secara seenaknya.
5.
Perilaku Aneh Para Tokoh. Para
tokoh sudah menarik dengan sendirinya, apalagi bila perilakunya aneh. Sesuai
dengan teori superioritas, kita memperoleh kesenangan bila melihat hal-hal yang
ganjil atau menyimpang pada perilaku orang lin.
6.
Perilaku Orang Aneh.
7.
Belokan Mendadak. Rata-rata
humor yang dimuat dalam buku humor menggunakan teknik belokan mendadak. Para
pembaca dikejutkan pada bagian terakhir. Mereka menemukan pernyataan yang tidak
disangka-sangka.
8.
Puns adalah
teknik mempermainkan kata-kata yang mempunyai makna ganda. Contohnya seperti,
pemilu benar-benar membuat saya pilu.
D.
Organisasi
Pesan
Monroe menyarankan dua cara
mengorganisasikan pesan rekreatif:
1.
Teknik
Satu Pokok
a. Kisahkan
cerita atau berikan ilustrasi.
b. Tunjukkan
gagasan pokok atau pandangan yang menjadi pijakan untuk mempersatukan rincian pembicaraan
anda.
c. Ikuti
dengan serangkaian cerita tambahan.
d. Tutup
dengan mengulang kembali gagasan utama yang telah Anda jelaskan.
2.
Urutan
Bermotif Burlesque
a. Tahap
perhatian. Mulailah pembicaraan
dengan salah satu di antara empat cara ini: hubungkan dengan kejadian lucu yang
aktual, buat kelucuan yang diarahkan pada pembawa acara atau siapa saja,
kisahkan cerita atau anekdot.
b. Tahap kebutuhan dan
pemuasan. Sajikan masalah serius, perbesar
tingkat keseriusannya melebihi proporsinya, kemudian tawarkan pemecahan yang absurd atau tunjukkan bagaimana
pemecahan yang aktual itu juga absurd,
kemudian berikan metode pemecahan masalah yang juga absurd, masukkan sejumlah
anekdot lucu untuk menegaskan kejanggalan-kejanggalan.
c. Tahap Visualisasi.
Perbesar kejanggalan itu dengan menambahkan lagi gambaran kondisi yang
dilebih-lebihkan.
d. Tahap tindakan.
Tutup pembicaraan secara cepat dengan mempermainkan tuntutan tindakan yang juga
dibesar-besarkan. Buatlah sentuhan terakhir ini dengan pendek dan lucu.
BAB
III
ANALISIS
KOMENTAR
Berbicara mempunyai sosial yang
sangat penting dalam kehidupan. Berbicara merupakan alat komunikasi tatap muka.
Tanpa berbicara kita tidak dapat menyampaikan pesan kepada orang lain. Di
kegiatan sehari-hari kita pun tidak lepas dari berbicara, di sekolah, di rumah,
di jalan, di pasar, dan di mana pun kita berada. Berbicara juga merupakan cermin budi bahasa
seseorang, apakah orang itu terpelajar atau kurang ajar, dan kemudian kemampuan
berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan dalam karier seseorang.
Kemampuan bicara bisa merupakan bakat, tetapi kepandaian berbicara yang baik
memerlukan pengertahuan dan latihan. Kegiatan berbicara dalam lingkungan formal
selalu dikaitkan dengan pidato.
Berpidato yang baik memerlukan persiapan yang matang, baik persiapan dari diri
sendiri (mental dan fisik) maupun persiapan materi apa yang akan kita bicarakan
di depan khalayak.
Buku Retorika Modern Pendekatan Praktis ini mencoba membantu untuk
memberikan pengetahuan agar seseorang mampu berbicara dengan baik di depan
khalayak umum. Kemampuan berbicara memerlukan pengetahuan. Untuk itu, buku ini
memberikan pengetahuan berbicara yang baik agar menumbuhkan damai dan cinta,
tidak menimbulkan perang atau benci. Diharapkan buku ini dapat memberikan
informasi mengenai perkembangan retorika dari zaman Romawi sampai modern.
Selain itu, memberikan pengetahuan mengenai pidato bukan hanya untuk memberikan
informasi tetapi juga untuk mengajak dan menghibur khalayak. Agar dapat menjadi
orator yang baik, perlu persiapan yang matang, mulai dari fisik dan mental
maupun mengenai persiapan pidato sampai penyampaian pidato, pembicaraan apa
yang akan disampaikan, serta bagaimana cara membangun kepercayaan diri dan
kredibilitas.
Thkss tulisannya ya Dian
BalasHapusSaya memang lagi mendalami retorika modern. Saya tertarik ingin membeli buku ini
BalasHapus