Sabtu, 16 Maret 2013

LAPORAN BUKU RETORIKA MODERN (Pendekatan Praktis)

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Identitas Buku

 

Judul                  : Retorika Modern
Penulis               : Jalaluddin Rakhmat
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Kota Terbit        : Bandung
Tahun Terbit      : 2011
Cetakan ke-       : 15
Halaman            : 142 hlm.
Ukuran            : 16x24 cm

B.  Garis Besar Isi Buku
          Buku yang berjudul RETORIKA MODERN PENDEKATAN PRAKTIS ini secara garis besar terdiri atas tujuh bab, yaitu :

BAB I                : Pendahuluan
BAB II              : Tahap Persiapan Pidato
BAB III             : Tahap Penyusunan Pidato
BAB IV             : Tahap Penyampaian Pidato
BAB V              : Pidato Informatif
BAB VI             : Pidato Persuasif
BAB VII           : Pidato Rekreatif

          Setiap bab dalam buku ini membahas secara terperinci mengenai sejarah retorika modern dari zaman Romawi sampai Modern, kemudian penjelasan mengenai macam-macam pidato. Semua tersusun sebagai pembelajaran dari tahap penyusunan pidato sampai bagaimana cara berpidato atau menjadi pembicara yang baik di depan khalayak umum.

C.  Permasalahan Pokok
1.    Bagaimana perkembangan retorika dari zaman Romawi sampai sekarang?
2.    Apa saja yang harus dipersiapkan ketika akan berpidato?
3.    Bagaimana cara membangun kepercayaan diri dan kredibilitas?
4.    Apa yang dimaksud dengan pidato informatif, persuasif, dan rekreatif?
5.    Sebutkan pola yang digunakan dalam pidato persuasif!

D.  Tujuan
Dalam penulisan laporan buku ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui perkembangan retorika dari zaman Romawi sampai sekarang.
2.    Mengetahui hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan ketika akan pidato.
3.    Memupuk diri untuk membangun manusia yang memiliki kepercayaan diri dan kredibilitas.
4.    Memahami apa yang dimaksud dengan pidato informatif, persuasif, dan rekreatif.
5.    Menyebutkan pola-pola yang terdapat dalam pidato persuasif.


BAB II
INTISARI BUKU

BAB I : PENDAHULUAN

          Di antara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari mulutnya. Berbicara telah membedakan manusia dari makhluk lain. Lama sebelum lambang tulisan digunakan sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukan sekalipun, berbicara tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicara yang tidak dapat digantikan dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi, dan lebih manusiawi.

A.  Sejarah Perkembangan Retorika
          Objek studi retorika setua kehidupan manusia. Kefasihan bicara mungkin pertama kali ditunjukkan dalam upacara adat: kelahiran, kematian, lamaran, perkawinan, dan sebagainya. Pidato disampaikan oleh orang yang mempunyai status tinggi. Dalam perkembangan peradaban pidato melingkupi bidang yang lebih luas. "sejarah manusia" kata Lewis Copeland dalam kata pengantar bukunya tentang pidato tokoh-tokoh besar dalam sejarah, "terutama sekali adalah catatan peristiwa penting yang dramatis, yang seringkali disebabkan oleh pidato-pidato besar. Sejak Yunani dan Roma sampai zaman kita sekarang, kepandaian pidato dan kenegarawanan selalu berkaitan. Banyak jago pedang juga terkenal dengan kefasihan bicaranya yang menawan."
               Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Kira-kira tahun 465 SM, rakyat melancarkan revolusi. Diktator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan tanah rakyat kepada pemiliknya yang sah. Disinilah kemusykilan terjadi. Untuk mengambil haknya, pemilik tanah harus sanggup meyakinkan dewan juri di pengadilan. Waktu tu, tidak ada pengacara dan tidak ada sertifikat tanah. Setiap orang harus meyakinkan mahkamah dengan pembicaraan saja.
          Untuk membantu orang memenangkan haknya di pengadilan, Corax menulis makalah retorika, yang diberi nama Techne logon (Seni Kata-kata). Bila kita tidak dapat memastikan sesuatu, mulailah dari kemungkinan umum. Retorika memang mirip "ilmu silat lidah". Di samping teknik kemungkinan, Corax meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan  kesimpulan. Dari sini, para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato. Walaupun demokrasi gaya Syracuse tidak bertahan lama, ajaran Corax tetap berpengaruh.
               Masih di Pulau Sicilia, tetapi di Agrigetum, hidup Empedocles (490-430 SM), filosif, mistikus, politisi, dan sekaligus orator. Ia cerdas dan mengetahui banyak pengetahuan. Sebagai filosof, ia pernah berguru kepada Pythagoras dan menulis The Nature of Things. Sebagai mistikus, ia percaya bahwa setiap orang bisa bersatu dengan Tuhan bila ia menjauhi perbuatan yang tercela. Sebagai politisi, ia memimpin pemberontakan untuk menggulingkan aristokrasi dan kekuasaan diktator. Sebagai orator, menurut Aristoteles, "ia mengajarkan prinsip-prinsip retorika, yang kelak dijual Gorgias kepada penduduk Athena." Tahun 427 SM Gorgias dikirim sebagai duta ke Athena. Negeri itu sedang tumbuh sebagai negara yang kaya. Kelas pedagang cosmopolitan selain memiliki waktu luang lebih banyak, juga terbuka pada gagasan-gagasan baru. Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan kemampuan berpikir yang jernih dan logis serta berbicara yang jelas dan persuasif. Gorgias memenuhi kebutuhan "pasar" saat ini dengan mendirikan sekolah retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromtu. Mereka adalah dosen-dosen terbang. Protagoras menyebut kelompoknya sophistai, "guru kebijaksanaan". Sejarawan menyebut mereka kelompok Sophis. Mereka berjasa mengembangkan retorika dan mempopulerkannya. Berkat kaum Sophis, abad keempat sebelum Masehi adalah abad retorika. Jago-jago pidato muncul di pesta olimpiade, di gedung perwakilan dan pengadilan.

B.  Retorika Zaman Romawi
          Teori retorika Aristoteles sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi, retorika telah memperoleh dasar teoretis yang kokoh. Namun, pada sisi lain, uraiannya yang lengkap dan persuasif telah membungkam para ahli retorika yang datang sesudahnya. Orang-orang Romawi selama dua ratus tahun setelah De Arte Rhetorica tidak menambahkan apa-apa yang berarti bagi perkembangan retorika.

C.  Retorika Abad Pertengahan
          Sejak zaman Yunani sampai Romawi, retorika selalu berkaitan dengan kenegarawanan. Para orator umumnya terlibat dalam kegiatan politik. Ada dua cara untuk memeroleh kemenangan politik: talk it out (membicarakan sampai tuntas) atau shoot it out (menembak sampai habis). Retorika subur pada cara pertama, cara demokrasi. Ketika demokrasi Romawi mengalami kemunduran, dan kaisar demi kaisar memegang pemerintah, "membicarakan" diganti dengan "menembak". Retorika tersingkir ke belakang panggung. Para kaisar tidak senang mendengar orang yang pandai berbicara.
               Abad pertengahan sering disebut abad kegelapan, juga buat retorika. Ketika agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Banyak orang Kristen melarang mempelajari retorika para orang-orang Yunani dan Romawi, para penyembah berhala. Bila orang beragama Kristen, secara otomatis ia akan memiliki kemampuan untuk menyampaikan kebenaran.

D.  Retorika Modern
          Abad pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400-1400). Di Eropa, selama periode panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan. Pertemuan orang Eropa dengan Islam yang menyimpan dan mengembangkan khazanah Yunani dalam Perang Salib menimbulkan Renaissance. Renaissance mengantarkan kita pada retorika modern. Yang membangun jembatan, menghubungkan Renaissance dengan retorika modern adalah Roger Bacon (1214-1219). Aliran pertama retorika dalam masa modern, yang menekankan proses psikologis, dikenal sebagai aliran epistemologis. Epistemologis membahas "teori pengetahuan", asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para pemikir epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan perkembangan psikologi kognitif (yakni, yang membahas proses mental). Aliran retorika modern kedua dikenal sebagai gerakan belles letters, sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Jadi, aliran pertama dan kedua terutama memusatkan perhatian mereka pada persiapan pidato, pada penyusunan pesan, dan penggunaan bahasa. Adapun tokoh-tokoh retorika mutakhir ialah: James A. Winans (perintis penggunaan psikologi modern dalam pidatonya), Charles Henry Woolbert (Speech Communication sebgai ilmu tingkah laku), William Noorwood Brigance (menekankan faktor keinginan sebagai dasar persuasi), dan Alan H. Monroe (meneliti proses motivasi/motivating process, dan cara organisasi pesan).

BAB II : TAHAP PERSIAPAN PIDATO
         
          Ketika pengumpulan pendapat (poll) dilakukan di antara 400 profesor retorika di perguruan-perguruan tinggi AS, dua buah pidato dinyatakan sebagai pidato yang paling terkenal di AS. Satu diantaranya ialah pidato Gettysburg, tanggal 19 November 1863.
            Bagi Lincoln, pidato yang baik harus didahului dengan persiapan yang matang. Cara persiapan dapat bermacam-macam, tetapi yang pasti ialah the greater the speaker, the more careful has been his preparation. Dengan persiapan di atas, dimulailah pemilihan topik, penentuan tujuan yang jelas dan pengembangan pokok bahasan.

A.  Jenis-Jenis Pidato
          Menurut ada tidaknya persiapan, sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, dapat dikemukakan empat macam pidato, yaitu:
          Impromtu. Bila anda menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato, pidato yang anda lakukan disebut impromtu. Bagi juru pidato yang berpengalaman, impromtu memiliki beberapa keuntungan: 1) Impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya,  2) Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, 3) Impromtu memungkinkan anda terus berpikir.
          Kerugiannya dapat melenyapkan keuntungan-keuntungan di atas, lebih-lebih lagi pembicara yang masih "hijau": 1) Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah karena dasar pengetahuan tidak memadai, 2) Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tidak lancar, 3)Gagasan yang disampaikan bisa ngawur, 4) Karena tiadanya persiapan, kemungkinan "demam-panggung" besar sekali. Impromtu sebaiknya dihindari, tetapi bila terpaksa hal-hal berikut dapat dijadikan pegangan:
1.    Pikirkan lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
2.    Tentukan sistem organisasi pesan. Misal:ekonomi-politik, hubungkan teori dan praktek.
3.    Pikirkan teknik pidato yang mengesankan.
          Manuskrip (pidato dengan naskah). Juru pidato membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Manuskrip diperlukan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan kata saja dapat menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi pembicara. Manuskrip juga dilakukan oleh ilmuwan yang melaporkan hasil penelitiannya dalam pertemuan ilmiah. Pidato radio dapat menggunakan manuskrip tanpa kelihatan oleh pendengarnya. Pidato manuskrip tentu bukan pidato yang baik walaupun memiliki keuntungan: 1) Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya, 2) Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali, 3) Kefasihan bicara dapat dicapai, karena kata sudah disiapkan, 4) Hal-hal yang menyimpang dapat dihindari, 5) Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
          Adapun kerugiannya: 1) Komunikasi pendengar akan berkurang, 2) Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik, 3) Umpan-balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan, 4) Pembuatannya lebih lama dan sekadar menyiapkan garis-garis besarnya (outline) saja. Untuk mengurangi kekurangan dalam menyampaikan pidato manuskrip adalah:
1.    Susunlah lebih dahulu garis-garis besarnya dan siapkan bahan-bahannya.
2.    Tulislah manuskrip seakan-akan anda bicara. Gunakan gaya bicara informal, langsung.
3.    Baca naskah itu berkali-kali sambil membayangkan pendengar.
4.    Hafalkan sekadarnya sehingga dapat lebih sering melihat pendengar.
5.    Siapkan manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi dan batas pinggir yang luas.
          Memoriter. Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan sudah tetap, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat.
          Ekstemporer adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan pokok-pokok penunjang pembahasan (supporting points). Keuntungan ekstempore ialah komunikasi pendengar dengan pembicara lebih baik karena pembicara berbicara langsung kepada khalayak. Bagi pembicara yang belum ahli, kerugian yang akan timbul: persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru, pemilihan bahasa yang jelek, kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata dengan segera, kemungkinan menyimpang dari pembahasan.

B.  Memilih Topik dan Tujuan
          Sebelum pidato, kita harus mengetahui lebih dahulu apa yang akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak kita. Dengan singkat, kita memerlukan pokok bahasan (topik) dan tujuan.

1.    Sumber-Sumber Topik
          Untuk membantu menemukan topik, Prof. Wayne N. Thompson menyusun sistematika sumber topik sebagai berikut:
a.    Pengalaman pribadi: perjalanan, tempat yang pernah dikunjungi, kelompok anda, wawancara dengan tokoh, kejadian luar biasa, peristiwa lucu, dan sebagainya.
b.    Hobby dan keterampilan: cara melakukan sesuatu, cara bekerja sesuatu, atau peraturan dan tata cara.
c.    Pengalaman pekerjaan atau profesi: pekerjaan tambahan, profesi keluarga.
d.   Pelajaran sekolah atau kuliah: hasil-hasil penelitian, hal-hal yang perlu diteliti.
e.    Pendapat pribadi: kritikan pada permainan, film, buku, puisi, pidato atau siaran radio dan televise, serta hasil pengamatan pribadi.
f.     Peristiwa hangat dan pembicaraan publik: berita halaman muka surat kabar, topik tajuk rencana, artikel pada kolom yang lain, berita radio dan televisi.
g.    Masalah abadi: agama, pendidikan, atau soal masyarakat yang belum selesai.
h.    Kilasan biografi: orang-orang terkenal.
i.      Kejadian khusus: perayaan atau peringatan.
j.      Minat khalayak: pekerjaan, hobby, rumah tangga, pengembangan diri, kesehatan dan penampilan, tambahan ilmu, minak khusus, dan lain-lain.

2.    Kriteria Topik yang Baik
a.    Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda.
b.    Topik harus menarik minat Anda.
c.    Topik harus menarik minat pendengar.
d.   Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar.
e.    Topik harus terang ruang-lingkup dan pembatasannya.
f.     Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi.
g.    Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain.
3.    Merumuskan Judul
          Erat kaitannya dengan topik ialah judul. Topik adalah pokok bahasan yang akan diulas. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat: relevan, provokatif, dan singkat.
4.    Menentukan Tujuan
          Ada dua macam tujuan: tujuan umum dan khusus. Tujuan umum: memberitahukan (informatif) ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar, mempengaruhi (persuasif) ditujukan agar orang mempercayai sesuatu, dan menghibur (rekreatif)  ditujukan untuk menghibur. Hubungan antara topik, judul, tujuan umum dan tujuan khusus pada contoh berikut:
Topik                              : Faedahnya memiliki sifat pemaaf    
Judul                              : Pemaaf sumber kebahagiaan
Tujuan umum                : Informatif
Tujuan khusus                : Pendengar mengetahui bahwa: a)Sifat dendam menimbulkan                                        gangguan jasmani dan rohani, b) Sifat pemaaf menimbulkan                                              ketentraman jiwa dan kesehatan.

C.  Mengembangkan Pembahasan
          Bila topik yang baik sudah ditemukan, Anda memerlukan keterangan untuk menunjang topik tersebut. Keterangan penunjang dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik dan mempermudah pengertian. Semua teknik pengembangan bahasan dapat dikelompokkan dalam enam macam:
1.    Penjelasan (uraian)
2.    Contoh (ilustrasi)
3.    Analogi (perbandingan antara dua hal atau lebih)
4.    Testimoni (pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan)
5.    Statistik (angka yang dipergunakan untuk menunjukkan kasus dalam jenis tertentu)
6.    Perulangan (menyebutkan gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda)

BAB III : TAHAP PENYUSUNAN PIDATO

A.  Prinsip-Prinsip Pidato
          Banyak cara menyusun pesan pidato, semua harus didasari dengan tiga prinsip:
1.    Kesatuan (unity). Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan, dan sifat (mood). Komposisi harus mempunyai satu macam tujuan. Satu di antara tiga - menghibur, memberitahukan, dan memengaruhi - yang harus dipilih. Kesatuan harus tampak dalam sifat pembicara (mood). Sifat ini mungkin serius, informal, formal, anggun, atau bermain-main. Maka seharusnya suasana formalitas harus mendominasi.
2.    Pertautan (coherence). Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok yang lainnya berjalan lancar. Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan tiga cara: ungkapan penyambung (connective phrases) adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkai bagian-bagian, pararelisme ialah mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok pembicaraan, dan gema (echo) berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru. Gema dapat berupa sinonim, perulangan kata, kata ganti atau istilah terdahulu. 
3.    Titik-berat (emphasis). Hal-hal yang harus dititikberatkan bergantung kepada isi komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama. Gagasan utama (central ideas), ikhtisar uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok, hal-hal yang harus dipikirkan khalayak adalah contoh-contoh bagian yang harus dititikberatkan, atau ditekankan. Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf miring atau huruf tebal.

B.  Menyusun Pesan Pidato
1.    Organisasi Pesan
          Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence): a) Urutan Deduktif, dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti. b) Urutan Induktif, kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. c) Urutan Kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. d)  Urutan Logis, pesan disusun berdasarkan sebab-ke-akibat atau akibat-ke-sebab. e)Urutan Spasial, pesan disusun berdasarkan tempat, dipergunakan kalau pesan berhubungan dengan subjek geografis atau keadaan fisik lokasi. f) Urutan Topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang terpenting sampai kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing.
2.    Pengaturan Pesan
          Dalam buku Retorika Berbicara mengambil sistem penyusunan pesan dari Alan H. Monroe, sebab betapapun klasiknya sistem ini tetap merupakan sistem yang lengkap, terurai, dan praktis untuk diterapkan dalam penyusunan pesan pidato. Monroe menyebutkan lima tahap urutan bermotif: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan.
C.  Membuat Garis-Garis Besar Pidato
          Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi pembicara. Garis besar adalah peta bumu bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika.
1.    Ciri-ciri Garis Besar yang Baik
a.    Garis besar terdiri dari tiga bagian: pengantar, isi, dan penutup.
b.    Lambang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak boleh membingungkan. Ada dua macam sistem lambang: sistem angka dan sistem kombinasi.
Sistem angka:                                                Sistem Kombinasi:
1.-------------------------------------                     I.-----------------------------------
     1.1--------------------------------                           A.-----------------------------
          1.1.1--------------------------                                    1.-----------------------
c.    Pikiran pokok dan penunjang dibedakan dengan penulisan yang menjorok ke dalam. Contoh:  1. Jurnalistik mencakup bermacam-macam pekerjaan.
 A. Dalam media surat kabar:
1)   Reporter
2)   Penyunting
3)   Pembaca naskah, dst.
2.    Macam-macam Garis Besar
          Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara, Alan H. Monroe menunjukkan tiga macam garis besar: 1) Garis besar lengkap, diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya. Pikiran-pikiran pokok ditulis dengan sempurna. 2) Garis besar singkat, diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja oleh para ahli pembicara dalam proses penyampaian pidato. 3) Garis besar alur teknis, dapat ditulis sejajar dengan garis besar lengkap diletakkan pada kertas lain.

D.  Memilih Kata-Kata
          Kata-kata bukan saja dapat mengungkapkan, tetapi juga memperhalus, dan bahkan menyembunyikan kenyataan. Glenn R. Capp dan Richard Capp, Jr. merumuskan ketentuan-ketentuan retorika itu sebagai berikut: bahasa lisan harus menggunakan kata-kata yang jelas, seperti: gunakan istilah yang spesifik (tertentu),  kata-kata yang sederhana, hindari istilah-istilah teknis, berhemat dalam penggunaan kata, dan gunakan perulangan atau gagasan yang sama dengan kata yang berbeda. Tepat, yang harus diperhatikan: hindari kata-kata klise (sering dipergunakan tapi sesuai lagi dengan perkembangan zaman), gunakan bahasa pasaran secara hati-hati, hati-hati dalam penggunaan kata-kata pungut, vulgarisme dan kata tidak sopan, jangan menggunakan julukan, serta eufemisme (ungkapan pelembut pengganti kata yang terasa tidak enak). Menarik: pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung dari khalayak, gunakan bahasa yang figuratif (bahasa yang dibentuk begitu rupa sehingga menimbulkan kesan yang indah), dan gunakan kata-kata tindak (action words), kata tindak menggunakan kata-kata aktif.


E.  Cara Membuka Pidato
          Pembukaan pidato adalah bagian penting dan menentukan. Kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh komposisi dan presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan pidato ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik mengenai komunikator. Adapun cara membuka pidato di antaranya: langsung menyebutkan pokok persoalan, melukiskan latar belakang masalah, menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak, dengan peristiwa yang sedang diperingati, dengan tempat komunikator berpidato, dengan suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak, dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu, prestasi mereka, menceritakan pengalaman pribadi, mengisahkan cerita faktual, fikif atau situasi hipotesis, dan humor.
 
F.   Cara Menutup Pidato
          Permulaan dan akhir pidato merupakan bagian-bagian yang paling menentukan. Penutup pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau simpulan penting dari seluruh isi pidato. Ada beberapa cara menutup pidato: menyimpulkan ikhtisar pembicaraan, menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda, mengakhiri dengan klimaks, atau mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli, dan sebagainya. Dengan mengetahui teknik-teknik membuka dan menutup pidato terbuka beberapa alternatif yang dapat dipilih. Tetapi pada akhirnya teknik-teknik itu bergantung kepada kreativitas seseorang.

BAB IV : TAHAP PENYAMPAIAN PIDATO

          Ada tiga rukun penyampaian pidato: kontak, penggunaan suara (paralanguage), dan penggunaan isyarat dan gerak tubuh (lambang-lambang nonverbal visual).

A.  Membangun Kepercayaan Diri dan Kredibilitas
1.    Kecemasan Berkomunikasi: Diagnosis
          Banyak istilah digunakan untuk menamai gejala ini: demam panggung (stage fright), kecemasan bicara (speech anxiety), atau yang lebih umum stres kerja (performance stress).
2.    Sebab-sebab Kecemasan Komunikasi
          Orang mengalami kecemasan komunikasi (untuk selanjutnya disebut KK) karena beberapa hal: a) Tidak tahu apa yang harus dilakukan. b) Orang menderita KK karena ia tahu ia akan dinilai. c) KK dapat menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang terkenal sebagai pembicara yang baik.
3. Metode Mengendalikan KK
          Ada dua metode mengendalikan KK, yaitu: 1) Metode jangka panjang, yakni ketika kita secara berangsur-angsur mengembangkan keterampilan mengendalikan KK dengan tiga sebab di atas. 2) Metode jangka pendek, yakni ketika kita harus segera mengendalikan KK pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato.

4. Komponen-komponen Kredibilitas
          Kredibilitas tidak melekat pada diri pembicara. Kredibilitas terletak pada persepsi khalayak tentang pembicara. Karena kredibilitas itu sama dengan persepsi khalayak tentang komunikator, kredibilitas dapat dibangun atau dibentuk.
5. Membangun Kredibilitas
          Salah satu komponen kredibilitsa adalah otoritas. Memiliki otorits artinya memiliki keahlian yang diakui. Otoritas dibentuk karena orang melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman. Komponen kedua dalam kredibilitas adalah good sense. Pendengar menyukai (akhirnya menerima) gagasan yang dikemukakan oleh pembicara yang dipandang objektif. Erat kaitannya dengan good sense adalah good character (akhlak yang baik) termasuk komponen ketiga. Yang termasuk akhlak yang baik adalah kejujuran, integritas, dan ketulusan. Komponen terakhir kredibilitas yaitu dinamisme. Dinamisme adalah ekspresi fisikal dari komitmen psikologis Anda terhadap topik.

A.  Prinsip-Prinsip Penyampaian Pidato
1.    Kontak
          Pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah atau menjalin hubungan dengan pendengarnya. Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada khalayak.  Anda tidak mungkin melihat mereka satu persatu. Tetapi, sapukan pandangan Anda ke semua hadirin. Inilah kontak visual. Di samping kontak visual, Anda juga melakukan kontak mental. Anda melihat mereka mengantuk, masukkan bahan-bahan yang menarik perhatian. Mereka mengernyitkan kening, jelaskan pembicaraan Anda secara terperinci.
2.    Karakteristik Olah Vokal
          Mekanisme olah vokal mengubah bunyi menjadi kata-kata, ungkapan, atau kalimat. Pidato, seperti teater, sangat bergantung paada akting. Salah satu unsur akting adalah olah vokal. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam olah vokal: kejelasan (intelligibility), keragaman (variety), dan ritma (rhythm) yaitu keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku kata, tata kalimat atau paragraf.
3.    Olah Visual
          Sebenarnya ketika kita berbicara yang wajar, ketika kita bercakap-cakap, kita menggunakan olah visual itu dengan sendirinya. Gerak gerik tubuh Anda dalam berpidato akan melibatkan pendengar untuk bergerak juga.
          Untuk meyingkatkan bab ini: Poise, Pause, dan Pose. Poise artinya kepercayaan diri, ketenangan dan kredibilitas. Pause artinya hentian yang tepat - menunjukkan penggunaan suara (olah vokal) yang baik. Pose - seperti dalam ucapan anak muda "berpose" - adalah penampilan anda di hadapan khalayak.

BAB V : PIDATO INFORMATIF

          Pidato informatif bertujuan untuk menyampaikan informasi. Khalayak diharapkan mengetahui, mengerti, dan menerima informasi itu. Apa pun jenisnya, pidato informatif merupakan upaya untuk menanamkan pengertian. Karena itu, secara keseluruhan pidato informatif harus jelas, logis, dan sistematis.
A.  Isi Pesan
          Supaya isi itu mudah dipahami dan diingat, Ehninger dan kawan-kawan menyarankan hal-hal berikut:
1.    Gagasan utama tidak boleh terlalu banyak.
2.    Jelaskan istilah-istilah aneh dan kabur. Setiap bidang mempunyai sejumlah istilah. Sebelum memasuki bahasan yang utama, bahaslah lebih dahulu istilah yang akan dipergunakan.
3.    Atur kecepatan menyajikan informasi. Terlalu lama akan menyebabkan bertele-tele atau membosankan. Terlalu singkat membuat orang kebingungan. Pilihlah waktu yang tepat.
4.    Jelaskan perpindahan pokok pembicaraan. Ketika beralih dari satu pokok bahasan ke pokok bahasan lain, tunjukkan perpindahannya dengan jelas.
5.    Gunakan data konkret-jaringan abstrak. Pidato informatif harus kaya dengan fakta, angka, penjelasan dan contoh.
6.    Hubungkan yang tidak diketahui dengan yang diketahui.
7.    Masukkan bahan-bahan yang menarik perhatian.

B.  Organisasi Pesan
          Organisasi pesan deduktif, induktif, kronologis, spasial, dan topikal, semua metode ini dapat dipergunakan untuk menyusun pidato informatif.
Penyusunan Pesan Menurut Monroe
          Dalam teori Monroe, pidato informatif hanya mempunyai tiga tahap, yaitu perhatian (Anda harus menarik perhatian pendengar), kebutuhan (menjelaskan mengapa informasi yang akan Anda sampaikan itu sangat penting bagi khalayak), dan pemuasan (menyampaikan informasi itu sendiri). tahap pemuasan dibagi tiga bagian, yaitu:
1.    Ikhtisar Pendahuluan. Menyebutkan pokok-pokok pembicaraan, satu demi satu. Tujuannya adalah membantu khalayak memperoleh gambaran menyeluruh.
2.    Informasi terinci. Pokok-pokok pembicaraan yang disebutkan sebelumnya, dijelaskan satu per satu. Anda masukkan teknik pengembangan ilustrasi, statistik, analogi, dan lain-lain. Semua harus secara sistematis dan logis.
3.    Ikhtisar akhir. Menyebutkan kembali hal-hal yang sudah dibicarakan, lalu simpulkan.

C.  Teknik Pengembangan Bahasan
          Dalam memilih teknik-teknik pengembangan bahasan, ada dua faktor penting, yaitu faktor informatif dan faktor penarik perhatian. Kita dapat menyampaikan informasi melalui fakta, yakni pernyataan yang menunjukkan bahwa sesuatu itu benar. Di samping fakta, statistik dan contoh yang hipotesis dan faktual dapat memperkaya informasi. Supaya menarik perhatian, rangkaian fakta, statistik, dan contoh itu harus disajikan seperti dalam pengalaman pribadi, dan kebenaran fakta dengan demonstrasi.
Teknik Pengembangan Bahasan dalam Pengantar
1.    Menarik perhatian. Gunakan hentian panjang untuk memusatkan perhatian, ajukan pertanyaan, cerita kisah atau anekdok, dan buat humor.
2.    Mengumumkan topik. Menyebutkan topik secara langsung.
3.    Menegaskan relevansi. Menjelaskan mengapa Anda memilih topik.
4.    Membangun kredibilitas. Tegaskan siapa Anda, tunjukkan bagaimana topik memengaruhi khalayak.
5.    Menyusun pesan. Sebutkan cakupan yang akan dibahas, tunjukkan susunan pokok bahasan, dan gunakan perpindahan gagasan yang jelas.

BAB VI : PIDATO PERSUASIF

A.  Teknik-Teknik Persuasif
          Tidak ada teknik persuasi yang berlaku di mana saja, kapan saja, dan untuk apa saja. Waktu, situasi, dan khalayak sangat menentukan pemilihan teknik persuasi. Ehninger, Monroe, dan Gronbeck dalam Principles and types of communication, merinci teknik-teknik persuasi berdasarkan jenis khalayaknya:
1.    Khalayak Tak Sadar
          Terkadang pendengar Anda tidak sadar akan adanya masalah atau tidak tahu bahwa perlu mengambil keputusan. Jika begini gunakan langkah-langkah urutan bermotif tahap perhatian (dengan ilustrasi, fakta, kutipan yang tepat), kebutuhan (tunjukkan ruang lingkup masalah dan implikasinya), pemuasan, visualisasi, dan tindakan (menegaskan adanya masalah, membuat ikhtisar akhir dan menghimbau untuk meyakini dan bertindak).
2.    Khalayak Apatis
          Khalayak apatis tahu masalah, tetapi mereka acuh tak acuh saja. Dalam masalah ini gunakan tahap perhatian sampaikan satu dua fakta yang mengejutkan), kebutuhan (bila sudah tumbuh perhatian, lanjutkan dengan menunjukkan secara langsung dan dramatis bagaimana masalah tersebut memengaruhi setiap orang yang hadir), pemuasan (tegaskan kembali begaimana usulan atau pemecahan yang Anda tawarkan yang sangat berpengaruh), visualisasi dan tindakan (visualisasikan secara jelas keuntungan yang akan diperoleh, selanjutnya mintakan mereka untuk memahai dan bertindak untuk mengatasinya).
3.    Khalayak yang Tertarik tetapi Ragu
          Sebagian khalayak tahu dan sadar akan adanya masalah, tahu bahwa perlu mengambil keputusan, tetapi mereka masih meragukan keyakinan yang harus mereka ikuti atau tindakan yang harus mereka jalankan. Untuk masalah ini gunakanlah tahap perhatian (tahap ini boleh singkat saja), kebutuhan (jelaskan latar belakang historisnya secara singkat dan tunjukkan mengapa perlu mengambil keputusan), pemuasan (nyatakan usulan Anda secara ringkas tindakan yang harus dilakukan), visualisasi (singkat, gunakan bahasa yang hidup dan persuasif tetapi jangan berlebihan), dan tindakan (nyatakan kembali secara jelas dan kuat usulan, anjuran atau rencana yang Anda canangkan).

4.    Khalayak yang Bermusuhan
          Terkadang khalayak sadar bahwa ada problem atau bahwa ada masalah yang harus diatasi, tetapi mereka menentang usulan yang Anda ajukan. Dalam masalah ini gunakan urutan bermotif perhatian (pertama kali usahakan untuk menyambungkan persahabatan dengan khalayak, bahas poko pembicaraan secara tidak langsung dan berangsur-angsur), keutuhan (capailah kesepakatan pada prinsip-psinsip atau keyakinan-keyakinan), visualisasi dan tindakan (berilah tekanan lebih banyak pada visualisasi, atau keuntungan-keuntungan).

B.  Menetapkan Daya Tarik Motif
            Motif                                   Daya Tarik Motif
Biologis
1.    Lapar dan dahaga          : kenikmatan, kesenangan, kemewahan
2.    Lelah                              : rekreasi, permainan, pelepasan dari ketegangan
3.    Seks                               : daya tarik seks, perkosaan, penistaan
4.    Keselamatan                  : kesehatan, keamanan, perlindungan, ketentraman

          Motif psikologis yaitu motif yang tidak melibatkan secara langsung integritas biologis dan organisme. Motif organisme ialah motif yang berkaitan dengan fungsi intrinsik organisme. Motif ini cenderung dapat dipenuhi oleh individu yang bersangkutan. Motif sosial ialah motif yang bergantung kepada hubungan individu dengan manusia lain. Motif transendental jarang sekali mendapat perhatian buku-buku ilmu jiwa. Motif ini barangkali agak menonjol pada lukisan Jung tentang manusia sebagai "naturaliter religiosa". Bagi setiap manusia senantiasa ada nila-nilai yang paling tinggi dan paling menyentuh emosi manusia.

Menggunakan Daya Tarik Motif
1.    Semua daya tarik motif baik, asalkan sesuai dengan situasi khalayak yang dihadapi.
2.    Dalam sejumlah motif itu ambillah motif utama saja. Motif-motif lain hanya dipergunakan sebagai penunjang pada motif tersebut.

Unsur Emosi sebagai Intensifikasi Daya Tarik Motif
Menurut Emil Dofivat, ada tujuh penggerak emosi, yaitu :
1.    Kebencian adalah alat perangsang yang mutlak untuk membangkitkan semangat berjuang. Benci kepada kejahatan sangat dianjurkan oleh agama dan benci kepada penguasa dihidupkan oleh pemberontak.
2.    Rasa belas dapat dibangkitkan dengan menonjolkan suasana tidak berdaya.
3.    Unsur seks. Dengan menyertakan tata nilai, unsur seks dapat menimbulkan kebencian.
4.    Hasrat menonjol. Sebagai individu, manusia ingin "lebih" dari orang lain. Dalam taraf bangsa, hasrat menonjol ini dapat menimbulkan Chauvinisme (dari segi negatif) atau kepahlawan (dari segi positif).
5.    Dasar kesusilaan. Manusia memiliki nilai-nilai batiniah yang tinggi, yang untuk itu ia rela mengabdi dan berjuang.
6.    Dorongan penglepasan etis. Frustasi akan menimbulkan baban hati nurani, ia ingin melepaskan tekanan batinnya. Bila ada ahli pidato yang sanggup menunjukkan jalan keluar, khalayak akan melahirkan ledakan emosi yang luar biasa.

Faktor Penentu Kepribadian (personality Determinants)
Teori Kluckhohn dan Murray meyebutkan empat macam penentu kepribadian, yaitu:
1.    Constitution. Di samping persamaan jasmaniah, diantara individu -individu terdapat pula perbedaan-perbedaan khusus. Tingkat kecerdasan, kecepatan bergerak, menentukan pola kepribadian. Termasuk constitution ialah umur, seks, ciri-ciri penampilan, kekuatan dan potongan tubuh.
2.    Group membership. Sikap individu senantiasa menjadi bagian dari kelompoknya. Kelompok menentukan norma, mengatur tingkah laku, bahkan memengaruhi proses komunikasi.
3.    Role. Pemuda yang mendadak menjadi suami akan mengalami perubahan tingkah laku. Peranannya sebagai suami akan membatasi pergaulannya. Peranan adalah lakon yang harus dimainkan orang dalam panggung kehidupan. Peranan bukan saja menentukan kepribadiannya tetapi jiga sikap orang lain kepadanya.
4.    Situation adalah peristiwa tidak terduga dan luar biasa yang sering mengubah tingkah laku.

C.  Pencitraan (Imagery)
          Setiap saat kita menerima informasi dari lingkungan yaitu melalui alat-alat indera: penglihatan, penciuman, perasa, dan penyentuh. Dalam pidato persuasif harus merengsang alat-alat indera itu dengan bahasa. Penggunaan bahasa untuk menggambarkan stimuli disebut imagery (pencitraan). Anda harus bercerita begitu rupa, sehingga para pendengar seakan-akan ikut melihat (visual imagery), mendengar (auditory imagery), mengecap (gustatory imagery), mencium (olfactory imagery), menyentuh, menggerakkan otot (kinesthetic imagery), atau merasakan mual di dalam tubuh mereka (organic imagery).

D.  Isi Pesan Persuasif
1.    Menarik Perhatian. Ada sejumlah daftar panjang mengenai bahan-bahan yang menarik perhatian. Inilah sebagian dari daftar itu: hal konkret, suspense, konflik, gerakan yang berkaitan dengan sesuatu yang dikenal, yang baru dan eksotik.
2.    Meyakinkan. Untuk meyakinkan pendengar, kita memerlukan bahasan tersendiri berkenaan dengan teknik-teknik argumentasi. Bahan yang meyakinkan adalah bukti.
3.    Menyentuh atau Menggerakkan. Bahan-bahan yang menyentuh dan menggerakkan adalah bahan-bahan yang mempunyai pengaruh psikologis. Pembicaraan tentang daya tarik motif sangat relevan. Penggunaan daya tarik motif melalui tiga tahap: analisis, seleksi, adaptasi.

E.  Organisasi Pesan Persuasif
Pola Pemecahan Masalah
          Busby dan Majors, dalam Basic speech Communication, membuat ikhtisar pola pemecahan masalah sebagai berikut:
I.     Pengantar/Pendahuluan
II.  Isi Pidato
A.  Tunjukkan masalahnya
1.    Apa penyebabnya?
2.    Siapa yang bertanggung jawab?
3.    Sejauh mana urgensinya?
B.  Tunjukkan alternatif pemecahan
1.    Adakah pemecahan masalah?
2.    Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah?
3.    Siapa yang dapat bertindak mengatasi masalah?
C.  Tunjukkan pemecahan terbaik
1.    Apa yang pernah dilakukan orang utntuk memecahkan masalah itu?
2.    Mana pemecahan yang Anda usulkan?
3.    Mana pemecahan yang disukai khalayak?
III.    Kesimpulan/Penutup

Pola Sebab-Akibat
          Bubsy dan Majors dalam buku yang sama membuat ikhtisar berikut:
I.     Pengantar/Pendahuluan
II.  Isi Pidato
A.  Tunjukkan sebab-sebab timbulnya kasus
1.    Faktor apa yang menimbulkannya?
2.    Apakah kasus itu merupakan respon pada kasus lain?
3.    Siapa bertanggung jawab?
B.  Tunjukkan akibat-akibat kasus
1.    Bagaimana indikasi kasus?
2.    Siapa yang dikenai kasus?
3.    Faktor-faktor apa yang terpengaruh?
C.  Apa yang dapat/harus dilakukan?
1.    Apa jalan keluarnya?
2.    Bagaimana jalan keluar itu menimbulkan efek yang dikehendaki?
3.    Apa faidah-faidahnya?
4.    Siapa yang harus melakukannya?
III.    Kesimpulan/Penutup

Pola Pro-Kontra
I.     Pengantar/Pendahuluan
II.  Isi Pidato
A.  Tunjukkan keuntungan-keuntungannya
1.    Aspek mana dari pokok pembicaraan yang paling menarik?
2.    Keuntungan apa yang bakal diperoleh pendengar?
B.  Tunjukkan kerugian-kerugiannya
1.    Aspek mana yang paling tidak menarik?
2.    Adakah kerugian atau biaya tersembunyi yang akan dialami pendengar?
C.  Tunjukkan bagaimana pendengar memperoleh keuntungan
1.    Apakah keuntungan lebih besar dari kerugian?
2.    Langkah-langkah apa yang harus diambil untuk memperoleh keuntungan?
3.    Bagaimana pendengar dapat berperan serta?
4.    Bila tindakan itu harus dilakukan?

Pola Urutan Bermotif
I.     Pengantar/Pendahuluan
A.  Perhatian
1.    Bagaimana menarik perhatian?
2.    Bagaimana memusatkan perhatian?
B.  Kebutuhan
1.    Apa masalah yang dihadapi?
2.    Apa yang sudah diketahui khalayak?
3.    Bagaimana membuat khalayak merasakan kebutuhan itu?
II.  Isi Pidato
A.  Pemuasan
1.    Bagaimana kebutuhan khalayak dapat dipuaskan?
2.    Apa tanda-tanda pemuas kebutuhan?
3.    Di mana pemuasan itu dapat diperoleh?
B.  Visualisasi
1.    Apa keuntungan bagi khalayak?
2.    Bagaimana keadaannya bila kebutuhan itu terpenuhi?
III.    Kesimpulan/Penutup
A.  Imbauan/Tindakan
1.    Apa yang harus dilakukan khalayak untuk memperoleh pemuas kebutuhan?
2.    Kapan mereka harus bertindak?

BAB VII : PIDATO REKREATIF

A.  Karakteristik Pidato Rekreatif
          Berbicara tidak untuk menyampaikan informasi, tidak pula untuk memengaruhi. Tujuannya yaitu untuk menggembirakan, melepas ketegangan, menggairahkan suasana, atau memberikan salingan yang enak setelah rangkaian acara yang melelahkan. Pidato rekreatif tidak selalu harus melucu. Pidato rekreatif disampaikan dalam berbagai situasi: pesta, pertemuan kelompok, dan jamuan makan malam. Agar dapat menghibur orang lain melaui pidato rekreatif yaitu: gembirakan dahulu diri Anda, hindari rangkaian gagasan yang sulit, gunakan gaya bercerita (naratif), dan berbicaralah dengan singkat.

B.  Teori-Teori Humor
Di kalangan para filusuf, dikenal tiga teori humor:
1.    Teori superioritas dan degradasi. Teori ini tepat untuk menganalisis jenis-jenis humor yang termasuk satire. Satire adalah humor yang mengungkapkan kejelekan, kekeliruan, atau kelemahan orang, gagasan, atau lembaga untuk memperbaikinya.
2.    Teori bisosiasi. Menurut teori ini, humor timbul karena kita menemukan hal-hal yang tidak di duga, atau kalimat (juga kata) yang menimbulkan dua macam asosiasi.
3.    Teori pelepasan inhibisi. Ini adalah teori yang paling "teoretis", sehingga tidak begitu banyak manfaatnya buat kita, karena banyak menekankan ke alam bawah sadar kita pengalaman yang tidak enak atau keinginan-keinginan yang tidak bisa kita wujudkan.

C.  Teknik-Teknik Humor
1.    Exaggeration berarti melebihkan sesuatu secara tidak proporsional, dilakukan untuk membongkar kejelekan sejelas-jelasnya dengan maksud mengoreksinya.
2.    Parodi adalah sejenis komposisi di mana gaya suatu karya (seperti prosa, puisi atau prosa liris) yang serius ditiru dengan maksud melucu.
3.    Ironi adalah menggunakan kata-kata untuk menyampaikan makna yang bertentangan dengan makna harfiahnya.
4.    Burlesque adalah teknik membuat humor dengan memperlakukan hal-hal yang seenaknya secara serius atau hal-hal yang serius secara seenaknya.
5.    Perilaku Aneh Para Tokoh. Para tokoh sudah menarik dengan sendirinya, apalagi bila perilakunya aneh. Sesuai dengan teori superioritas, kita memperoleh kesenangan bila melihat hal-hal yang ganjil atau menyimpang pada perilaku orang lin.
6.    Perilaku Orang Aneh.
7.    Belokan Mendadak. Rata-rata humor yang dimuat dalam buku humor menggunakan teknik belokan mendadak. Para pembaca dikejutkan pada bagian terakhir. Mereka menemukan pernyataan yang tidak disangka-sangka.
8.    Puns adalah teknik mempermainkan kata-kata yang mempunyai makna ganda. Contohnya seperti, pemilu benar-benar membuat saya pilu.

D.  Organisasi Pesan
Monroe menyarankan dua cara mengorganisasikan pesan rekreatif:
1.    Teknik Satu Pokok
a.    Kisahkan cerita atau berikan ilustrasi.
b.    Tunjukkan gagasan pokok atau pandangan yang menjadi pijakan untuk mempersatukan rincian pembicaraan anda.
c.    Ikuti dengan serangkaian cerita tambahan.
d.   Tutup dengan mengulang kembali gagasan utama yang telah Anda jelaskan.

2.    Urutan Bermotif Burlesque
a.    Tahap perhatian. Mulailah pembicaraan dengan salah satu di antara empat cara ini: hubungkan dengan kejadian lucu yang aktual, buat kelucuan yang diarahkan pada pembawa acara atau siapa saja, kisahkan cerita atau anekdot.
b.    Tahap kebutuhan dan pemuasan. Sajikan masalah serius, perbesar tingkat keseriusannya melebihi proporsinya, kemudian tawarkan pemecahan yang absurd atau tunjukkan bagaimana pemecahan yang aktual itu juga absurd, kemudian berikan metode pemecahan masalah yang juga absurd, masukkan sejumlah anekdot lucu untuk menegaskan kejanggalan-kejanggalan.
c.    Tahap Visualisasi. Perbesar kejanggalan itu dengan menambahkan lagi gambaran kondisi yang dilebih-lebihkan.
d.   Tahap tindakan. Tutup pembicaraan secara cepat dengan mempermainkan tuntutan tindakan yang juga dibesar-besarkan. Buatlah sentuhan terakhir ini dengan pendek dan lucu.


BAB III
ANALISIS KOMENTAR

            Berbicara mempunyai sosial yang sangat penting dalam kehidupan. Berbicara merupakan alat komunikasi tatap muka. Tanpa berbicara kita tidak dapat menyampaikan pesan kepada orang lain. Di kegiatan sehari-hari kita pun tidak lepas dari berbicara, di sekolah, di rumah, di jalan, di pasar, dan di mana pun kita berada.  Berbicara juga merupakan cermin budi bahasa seseorang, apakah orang itu terpelajar atau kurang ajar, dan kemudian kemampuan berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan dalam karier seseorang. Kemampuan bicara bisa merupakan bakat, tetapi kepandaian berbicara yang baik memerlukan pengertahuan dan latihan. Kegiatan berbicara dalam lingkungan formal  selalu dikaitkan dengan pidato. Berpidato yang baik memerlukan persiapan yang matang, baik persiapan dari diri sendiri (mental dan fisik) maupun persiapan materi apa yang akan kita bicarakan di depan khalayak.
            Buku Retorika Modern Pendekatan Praktis ini mencoba membantu untuk memberikan pengetahuan agar seseorang mampu berbicara dengan baik di depan khalayak umum. Kemampuan berbicara memerlukan pengetahuan. Untuk itu, buku ini memberikan pengetahuan berbicara yang baik agar menumbuhkan damai dan cinta, tidak menimbulkan perang atau benci. Diharapkan buku ini dapat memberikan informasi mengenai perkembangan retorika dari zaman Romawi sampai modern. Selain itu, memberikan pengetahuan mengenai pidato bukan hanya untuk memberikan informasi tetapi juga untuk mengajak dan menghibur khalayak. Agar dapat menjadi orator yang baik, perlu persiapan yang matang, mulai dari fisik dan mental maupun mengenai persiapan pidato sampai penyampaian pidato, pembicaraan apa yang akan disampaikan, serta bagaimana cara membangun kepercayaan diri dan kredibilitas.




2 komentar:

  1. Thkss tulisannya ya Dian

    BalasHapus
  2. Saya memang lagi mendalami retorika modern. Saya tertarik ingin membeli buku ini

    BalasHapus